Kamis 14 Feb 2013 14:48 WIB

Dua Maskapai AS Merger

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Pesawat American Airlines yang mendarat di Bandara Internasional Miami, Amerika Serikat.
Pesawat American Airlines yang mendarat di Bandara Internasional Miami, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS – Dua maskapai penerbangan Amerika sepakat melakukan merger demi menciptakan satu maskapai baru yang lebih kuat, Rabu (13/2). American Airlines dan US Airways memutuskan untuk bergabung membawa misi menciptakan maskapai penerbangan terbesar di dunia.

Dilansir dari laman Assosiated Press, duet dua perusahaan ini membawa dampak yang cukup signifikan. Perusahaan baru ini ditambah dengan tiga maskapai lainnya berpotensi menguasai pasar penerbangan di Amerika hingga 75 persen. Sejak tahun 2008, maskapai Delta bergabung dengan Northwest, United mengakuisisi Continental, Southwest ‘mencaplok’ AirTran Airways.

Nantinya, perusahaan merger ini masih akan menggunakan mana American Airlines, namun akan dijalankan CEO US Airways, Doug Parker. Sementara, CEO American Airlinees Tom Horton dikabarkan akan menjadi pemimpin perusahaan baru ini sampai pertengahan 2014. Merger ini memungkinkan maskapai tersebut bisa memainkan rute yang lebih besar dalam membangun jaringan penerbangan.

American airlane akan memiliki 72 persen saham, dan US Airway mendapatkan sisanya. Kesepakatan ini  membuat perusahaan itu akan memiliki lebih dari 900 pesawat, 3200 penerbangan setiap hari dan 95 ribu karyawan.

Kesepakatan untuk merger maskapai dilatarbelakangi oleh keuangan American Airlane yang tidak sehat. Perusahaan ini dikabarkan sudah mengikuti asuransi perlindungan kebangkrutan sejak tahun 2011. Perusahaan ini mengeluhkan pembengkakan biaya tenaga kerja. Namun, dari serikat pekerja menuduh pejabat maskapai melakukan kesalahan manajemen. Perusahaan ini sudah kehilangan sekiatar 12 miliar Dolar sejak tahun 2001-2010.

Sayangnya,  bergabungnya dua perusahaan itu disambut dingin oleh konsumen. Charles Leocha, aktivis dari Aliansi Pengguna Trravel mengatakan dominasi dari empat perusahaan besar ini dianggap memungkinkan untuk membatassi pasokan kursi, dan berdampak pada terjadinya kenaikan harga. “Keuntungan dari merger ini hanya dinikmati oleh maskapai, bukan oleh konsumen,” ujar dia.

Namun, anggapan ini ditampik oleh pejabat yang berwenang setempat. Mereka mengatakan bahwa meskipun ada empat maskapai yang hampir menguasai bisnis penerbangan, masing-masing maskapai bisa bersaing secara sehat.

Jika sudah bergabung, maskapai ini diperkirakan akan menjadi kunci pasar di Pantai Timur termasuk New York LaGuardia Airport dan Washington Reagan National Airport. Merger akan menambah hub US Airways di Charlotte, Philadelphia dan Phoenix menuju Chicago, Miami, New York dan Los Angeles. US Airways juga akan meningkatkan layanan Amerika ke Eropa dan pasar Amerika Latin-Karibia tetapi belum akan memperbaiki kelemahan pada rute ke Asia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement