Senin 11 Feb 2013 16:05 WIB

Salah Siapa Harga Daging Sapi Tinggi?

Rep: Ditto Pappilanda/ Red: Citra Listya Rini
Pedagang melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (20/12). (Republika/Wihdan Hidayat)
Pedagang melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (20/12). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga daging sapi terus naik sejak enam bulan terakhir. Berawal di kisaran Rp 60 ribu/kg, harga daging sapi sampai saat ini lebih dari Rp 90 ribu/kg. Harga ini merupakan harga tertinggi di dunia karena harga rata-rata daging sapi yang hanya berkisar Rp 38-72 ribu/kg.

Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus, menilai melambungnya harga daging sapi ini disebabkan tidak seimbangnya antara suplai dan permintaan daging sapi tersebut. Hal ini diyakininya akibat ada asumsi yang tidak akurat terhadap prediksi potensi produksi daging sapi dalam negeri sehingga over estimate, atau terlalu rendahnya kuota impor.

"Faktanya mencari sapi lokal tidak mudah dan tidak adanya stock yang siap untuk dipotong dan harganyapun juga tinggi. Pemerintah telah gagal dalam berperan menjaga dan mengatur keseimbangan suplai dan demand daging sapi," kata Ali seperti dikutip dari laman UGM.

Di saat yang bersamaan, Ali melihat bahwa mayoritas (90 persen) ternak sapi dipelihara oleh para peternak rakyat dengan modus usaha sambilan. Praktik ini membuat sapi baru akan dijual ketika peternak membutuhkan uang. Jika mereka tidak membutuhkan uang, sapi tidak akan dijual. 

Fakta ini dapat dilihat di pasar-pasar hewan yang relatif sepi pada musim tertentu (awal musim tanam) dan melimpah pada kurun waktu tertentu seperti tahun ajaran baru saat anak masuk sekolah. "Inilah ‘simalakama’ dan dilema per-sapi-an di Indonesia," ujar Ali.

Ironisnya, tingginya harga daging sapi ini juga memberikan dampak pada praktik bisnis kotor yang dilakukan oleh oknum tertentu, yaitu beredarnya daging sapi glonggongan. Dapat dihitung berapa keuntungan yang diperoleh jika air yang terikut dalam daging misalnya separuhnya saja (50 kg) berarti ada potensi keuntungan Rp 3,5 - 4 juta/ekor. 

"Jadi dampak negatif tingginya harga daging sapi ini juga sampai pada moral hazard yang sangat merugikan konsumen," lugas Ali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement