Kamis 07 Feb 2013 23:09 WIB

Inggris Pertahankan Suku Bunga di Rekor Terendah

poundsterling
poundsterling

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bank Sentral Inggris (BoE), Kamis, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga utamanya pada rekor terendah 0,50 persen dan stimulus pelonggaran kuantitatif karena Inggris berdiri di ambang resesi lain.

"Komite Kebijakan Moneter Bank Sentral Inggris hari ini memutuskan untuk mempertahankan 'Bank Rate' resmi yang dibayarkan pada cadangan bank-bank komersial di 0,50 persen," kata BoE, menambahkan bahwa QE (pelonggaran kuantitatif) akan tetap di 375 miliar pound (589 miliar dolar AS, 434 miliar euro).

Bank sentral menambahkan dalam sebuah pernyataan yang lebih panjang dari biasanya bahwa secara keseluruhan kegiatan ekonomi selama tahun lalu "secara luas datar", meskipun ada kekhawatiran bahwa perekonomian Inggris bisa menuju resesi ketiga dalam lima tahun.

Program stimulus QE telah digunakan untuk mencoba dan membantu menopang ekonomi Inggris, yang secara tak terduga menyusut sebesar 0,3 persen pada kuartal akhir 2012. Namun, perekonomian hampir datar sepanjang tahun dengan pertumbuhan nol.

"Selama tahun lalu, telah ada volatilitas yang cukup besar dalam pertumbuhan output kuartalan," kata bank sentral dalam pernyataan itu.

"Melihat melalui pengaruh faktor-faktor sementara, output secara keseluruhan tampak menjadi datar. Sebagian besar itu mencerminkan penurunan tajam terutama pada sektor-sektor ekonomi yang tidak mungkin diulang pada 2013.

"Sebaliknya, output gabungan dari manufaktur dan sektor jasa telah tumbuh moderat. Survei bisnis menunjukkan laju ekspansi cenderung tetap diredam dalam jangka pendek," tambah BoE.

Menurut bank sentral, inflasi 12-bulan akan meningkat lebih lanjut dalam jangka pendek dan bisa tetap berada di atas target 2,0 persen selama dua tahun ke depan. Namun, kemudian diperkirakan akan kembali ke "sekitar" tingkat target karena tekanan harga berkurang. 

Pembuat kebijakan juga mempertimbangkan penarikan stimulus QE, dalam rangka untuk menarik inflasi lebih rendah, tetapi keputusan itu berisiko membahayakan setiap pemulihan. QE dapat memicu risiko inflasi dan lebih sering disebut sebagai mencetak uang.

"Komite membahas respon kebijakan yang tepat untuk kombinasi dari kelemahan dalam perekonomian dan prospek periode inflasi di atas target lebih lama," katanya, menambahkan itu perlu untuk melihat lebih jauh periode inflasi di atas target.

Suku bunga pinjaman utama BoE telah berdiri di rekor rendah 0,50 persen sejak Maret 2009, ketika memulai kebijakan stimulus radikal.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement