REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 6,23 persen. Capaian tersebut meleset dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 sebesar 6,5 persen.
Meskipun demikian, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengklaim Indonesia berada di posisi kedua dari sisi pertumbuhan ekonomi dunia di bawah Cina yang berada di kisaran tujuh persen. Ia menuturkan, biasanya konstelasi pertumbuhan ekonomi untuk tiga besar dunia diduduki oleh Cina, India dan Indonesia. Namun untuk tahun 2012, posisi India tergusur ke posisi ketiga dengan kisaran pertumbuhan PDB sebesar lima persen.
"Indonesia 6,23 persen memang tidak memenuhi target tapi di tengah krisis tetap ada di posisi kedua," tutur Suhariyanto seusai jumpa pers di kantor BPS, Selasa (5/2).
Dengan besaran tersebut, apakah target pertumbuhan PDB Indonesia 2013 sebesar 6,8 persen dapat tercapai? Suhariyanto menyebut hal tersebut masih bergantung pada perkembangan krisis ekonomi global. Jika krisis terus berlanjut, kata dia, maka defisit neraca perdagangan kemungkinan besar kembali terjadi di 2013. Berdasarkan data yang dirilis BPS, Jumat (1/2) lalu, defisit neraca perdagangan pada 2012 mencapai 1,63 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15,7 triliun.
Selain itu, Suhariyanto menilai pentingnya komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau komponen investasi fisik yang tercatat 33,16 persen pada 2012 untuk terus digenjot. Terlebih, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 masih didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 54,56 persen. "Kalau (PMTB) bisa dipacu itu bisa mengompensasi defisit (neraca perdagangan)," kata dia.