REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana privatisasi PT Semen Baturaja (Persero) terancam batal. Dalam rapat kerja terkait pengambilan keputusan mengenai privatisasi perusahaan semen pelat merah itu di Gedung DPR, Senin (4/2), pemerintah dan Komisi XI DPR gagal meraih kata sepakat.
Pimpinan rapat dari Fraksi PDI Perjuangan Emir Moeis menyatakan keputusan terkait penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) Semen Baturaja akan diambil maksimal satu pekan setelah rapat ini. Mekanismenya adalah masing-masing fraksi akan memutuskan di internal fraksi, apakah menyetujui atau menolak IPO.
Setelah keputusan tiap fraksi disampaikan ke pimpinan fraksi, hasilnya akan disampaikan ke Kementerian Keuangan maupun Kementerian Badan Usaha Milik Negara. "Mudah-mudahan kita tidak perlu voting," tutur Emir saat membacakan keputusan rapat.
Menanggapi keputusan itu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan sepakat dengan keputusan pimpinan rapat. "Saya setuju," ujarnya.
Dalam rapat ini, terdapat silang pendapat antara anggota dewan baik itu yang menyetujui atau menolak IPO. Pihak-pihak yang menyutujui beralasan IPO diperlukan untuk mengembangkan usaha Semen Baturaja di tengah pertumbuhan industri semen Tanah Air.
Di sisi lain, pihak-pihak yang menolak mengaku khawatir dengan IPO karena dikhawatirkan Semen Baturaja akan dikuasai oleh pihak asing. Selain itu, terdapat pula usulan agar saham Semen Baturaja dibeli oleh PT Semen Indonesia (Persero) dan Semen Baturaja dilebur ke dalamnya.
Sementara Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan pemerintah membutuhkan keputusan secepatnya, apakah IPO Semen Baturaja diterima atau ditolak. Terlebih, rencana ini telah disampaikan kepada DPR sejak 2012. "Seluruh alasan baik yang pro maupun kontra sudah sangat jelas," kata dia.
Direktur Utama PT Semen Baturaja Pamudhi Rahardjo menyatakan IPO perusahaan yang dipimpinnya penting untuk ekspansi usaha. Dengan adanya IPO, diharapkan Semen Baturaja memperoleh dana tambahan senilai Rp 1,2 triliun. Besaran dana itu akan digunakan untuk menambah kapasitas produksi pabrik sebesar 1,5 juta ton.
Penambahan ini, tambah Pamudhi, hanya dapat diwujudkan melalui pembangunan pabrik Baturaja III. "Diharapkan pembangunan pabrik Baturaja III bisa lebih cepat," ungkapnya.