Ahad 03 Feb 2013 14:19 WIB

Hotel Indonesia Natour IPO 2015

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Nidia Zuraya
Menteri BUMN Dahlan Iskan
Foto: Republika/Yasin Habibi
Menteri BUMN Dahlan Iskan

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- PT Hotel Indonesia Natour (HIN) bakal melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). BUMN di sektor perhotelan ini tengah mengkaji kemungkinan  penawaran perdana saham (intial public offering/IPO) di 2015.

"Kalau dibolehkan, kami memang ingin melakukan IPO," tegas Direktur Utama HIN Intan Abdams Katoppo pada ROL, akhir pekan.

Menurutnya IPO penting untuk permodalan perusahaan. Pasalnya, untuk ekspansi ke beberapa wilayah, HIN membutuhkan dana yang besar. Ini juga akan dimanfaatkan HIN untuk menjadi operator hotel gruplain.

Namun ia enggan menuturkan berapa saham yang akan dilepas. Pastinya untuk capital expendeture (capex) hingga 2017, pihaknya masih membutuhkan dana Rp 800 miliar lebih. "Sebenarnya kalau bisa kita ingin IPO 2013," tambahnya.

Investasi yang cukup besar di tahun ini, sekitar Rp 1,5 triliun, membuat perseroan wajib mengeluarkan dana lebih banyak dari biasanya. HIN tengah menggenjot pembangunan tiga hotel yakni Ina Kuta Hotel, Ina Muara Hotel dan Ina Putri Bali Hotel. Perseroan juga merenovasi Hotel Grand Bali Beach.

Belum lagi, HIN harus mengeluarkan dana untuk menyiapkan 460 kamar untuk para peserta Asean Asia-Pacific Economic Cooperation. Sebagaimana diketahui Oktober 2013 Bali bakal menjadi tuan rumah APEC.

Namun dari studi awal ini sulit dilakukan. Perseroan harus melakukan pemeringkatan terlebih dahulu. Karena itu kini perseroan hanya mengandalkan kas internal dan pinjaman ke pihak luar seperti pembiayaan perbankan dan obligasi.

Sementara itu, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku masih berfikir tentang BUMN yang dapat IPO. "Banyak yang meminta yang IPO yang jelek-jelek saja, biar jadi bagus," katanya.

Tapi kinerja tetap menjadi pertimbangan pasar untuk membeli saham. Karenanya pihaknya tak bisa langsung menerima usulan tersebut.

Sejak tahun 1991 hingga 2012, pemerintah memiliki 141 perusahaan BUMN. Namun dari total keseluruhan hanya 18 perusahaan BUMN yang baru melantai di BEI. IPO BUMN masih didominasi perusahaan perbankan. Lalu ada pula perusahaan tambang. Padahal BEI menilai IPO BUMN bermanfaat dalam meningkatkan kinerja. Seperti pada PT Telkom di mana sebelum IPO memiliki kapasitas pasar hanya Rp 20 triliun menjadi Rp 240 triliun sesudahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement