Kamis 31 Jan 2013 16:39 WIB

PLN: Banyak Industri tak Tahu Disubsidi

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Nidia Zuraya
Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur
Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengakui banyak pelanggan industri tak tahu kalau listrik yang dialirkan ke mereka disubsidi. Menurut Direktur Utama PLN Nur Pamudji industri hanya tahu tarif yang dibebankan sudah sesuai dengan biaya listrik per pelanggan.

"Konsekuensi apakah ada subsidi atau tidak ya memang konsumen tidak tahu dan tidak kami beri tahu," tegasnya menjawab ROL, Kamis (31/1). Ia menuturkan, tarif tenaga listrik (TTL) industri hanya mengikuti ketetapan yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri (Permen).

Tapi ke depan, ia berjanji perseroan akan segera menyosialisasikan pada kelompok ini tentang keberadaan subsidi. Menurutnya bila subsidi memang akan dicabut pemerintah secara perlahan, penting bagi industri untuk mengetahui kalau sebenarnya mereka telah diberi keringanan oleh pemerintah. "Kita akan sosialisasi secara keseluruhan," katanya.

Selama ini dari tarif biaya untuk produksi sebesar 1200 per kwh, industri masih membayar setengahnya saja. Selisihnya dibebankan pada pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sebelumnya dari data PLN, 55 perusahaan besar masih mendapat subsidi listrik. Diantaranya adalah PT Krakatau Steel Tbk, PT Holcim In- donesia Tbk, PT Asahimas Flat Glass, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT Semen Indonesia Tbk, PT Semen Padang, PT Ispat Indo, PT Sulfindo Adiusaha, PT Gunung Garuda, dan PT Jakarta Prima Steel Industries.

Perusahaan besar tersebut mendapat subsidi hingga Rp 4,9 triliun dari total subsidi untuk industri sebesar Rp 19,9 triliun. Pada tahun ini, total subsidi dalam APBN dipatok Rp 78,63 triliun. Namun saat dikonfirmasi beberapa perusahaan mengaku tak tahu kalau listrik mereka disubsidi. Beberapa mengatakan membayar sesuai harga pasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement