REPUBLIKA.CO.ID, BRUNEI DARUSSALAM -- Perbankan syariah memperkuat posisinya dalam industri jasa keuangan Brunei Darussalam. Di 2012, meningkatnya permintaan perbankan syariah mendorong lahirnya bank syariah baru dan penerbitan obligasi utama di Brunei.
Sejak pembentukan layanan keuangan syariah, Kesultanan Brunei mendapat posisi penting dalam perbankan syariah internasional. Namun, industri perbankan syariah di Brunei memiliki sejumlah tantangan yang harus dihadapi, diantaranya sumber daya insani yang kurang terampil.
Di pertengahan Oktober 2012, Standard Chartered Bank Brunei (SCB) mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan rencana perkenalan produk perbankan syariah tahun ini untuk memenuhi meningkatnya permintaan layanan perbankan syariah di Kesultanan. Pemberitahuan tersebut mengikuti peluncuran Bank Islam Brunei yang menggantikan Bank Internasional Brunei sebagai satu-satunya bank yang beroperasi di dalam negeri.
Tabung Amanah Islam Brunei adalah lembaga keuangan pertama yang menawarkan tabungan dan pembiayaan sesuai prinsip Islam yang diluncurkan pada 1991. Dua tahun kemudian kehadirannya diikuti oleh Bank Islam Brunei. Mereka bergabung pada 2000 menjadi Bank Pembangunan Islam Brunei.
CEO SCB, Lai Pei-Si, mengatakan peluncuran sebuah bank syariah di Brunei adalah hal logis. Pasalnya masyarakat Brunei membutuhkan produk perbankan syariah. "Kami berharap dengan kehadiran produk syariah, dapat membawa solusi Islam lebih komprehensif ke Brunei," ujarnya seperti dikutip dari Oxford Business Group, Jumat (25/1).
Managing Director Bank Islam Brunei Darussalam, Javed Ahmad, mengatakan pangsa pasar perbankan syariah diperkirakan akan meningkat menjadi 60 persen dari level saat ini 40 hingga 55 persen. Ahmad menyebut kekuatan Brunei yang dipimpin stabilitas ekonomi dan politik yang kuat, infrastruktur yang baik dan dukungan pemerintah, mampu membangun reputasi sebagai pusat keuangan Islam. "Dengan pemasaran lebih agresif, bukan tidak mungkin Brunei menjadi pusat keuangan Islam dalam beberapa tahun ke depan," katanya.
Desember lalu Perusahaan Konsultan Global Ernst & Young mengatakan nilai perbankan syariah global mencapai 1,55 triliun Dollar pada 2012 dan diprediksi sebesar 1.8 triliun Dollar tahun ini.
Pertumbuhan populasi Muslim di Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia menjadi pendorong utama peningkatan permintaan jasa keuangan Islam. Dari sisi perbankan, Kesultanan Brunei jelas diuntungkan, terutama usai meluncurkan sukuk pertama berjangka pendek milik pemerintah, Sukuk Ijarah senilai BND150 Miliar atau 111 Miliar Dollar AS untuk sertifikat tiga bulan pada April 2006.
Autoriti Monetari Brunei Darussalam (AMBD) selaku bank sentral mengumumkan harga keberhasilan penerbitan sukuk ke-82 nya bernilai BND100 Miliar atau 122,5 Miliar Dollar AS pada tingkat sewa 0,16 persen.
Pengamat dari Pusat Penelitian Ekonomi dan Keuangan Islam Univeristas Kebangsaan Malaysia, Abdul Ghafar Ismail, mengatakan Brunei harus memenuhi permintaan terhadap pengembangan produk perbankan syariah jika ingin jika ingin mempertahankan posisinya di pasar. "Inovasi produk bank syariah dapat mendorong industri perbankan syariah sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi," katanya.
Para ahli ekonomi percaya bahwa Kesultanan terus bekerja untuk mengatasi tantangan ini, khususnya dengan peningkatan pelatihan para staf. Pasalnya sumber daya insani menjadi faktor keberhasilan di lapangan.
Setelah memperkuat basis operasional dan kerangka peraturan, Brunei mengambil langkah untuk mengatasi kekurangan profesional industri terlatih di sektor keuangan syariah dengan menyediakan on the job training.
Kesultanan sendiri telah memberikan pondasi kuat untuk mengembangkan industri. Para ahli menyarankan Kesultanan harus menggeser fokusnya untuk mengekspor keahlian dan mengkonsolidasikan peran global dalam perbankan syariah.