REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Defisit perdagangan diperkirakan masih akan terjadi hingga triwulan pertama tahun ini. Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya Ahmad Erani Yustika mengatakan kondisi pasar dunia yang belum membaik menjadi alasan utama ekspor Indonesia melemah.
Ia berharap, pada triwulan kedua perekonomian dunia sudah pulih. "Semoga di triwulan kedua sudah membaik," kata Erani penuh harap, di Jakarta, Kamis (3/1) saat dihubungi.
Namun, pelemahan ekspor ini menurut dia belum berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah. Defisit perdagangan yang diperkirakan masih terjadi hingga tiga bulan mendatang itu, menurut Erani masih bisa diselamatkan penanaman modal langsung (FDI) maupun investasi portofolio.
Menurutnya, nilai tukar rupiah bisa dijaga di level Rp 9500 per dolar asalkan kedua investasi tersebut masih aman. Neraca perdagangan Indonesia hingga November mengalami defisit 1,3 miliar dolar.
Erani mengatakan untuk meningkatkan ekspor, Indonesia perlu memperkokoh industri unggulan yang menggunakan bahan baku di dalam negeri. Dengan begitu, Indonesia bisa menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi. Jika produk berdaya saing sudah dihasilkan, Indonesia akan semakin mudah melakukan diversifikasi pasar ke negara lain yang tidak mengalami krisis.