Rabu 02 Jan 2013 20:29 WIB

RI Masih Butuh Impor Bahan Baku dan Barang Modal

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Djibril Muhammad
Kepala BKPM Gita Wiryawan
Foto: Antara
Kepala BKPM Gita Wiryawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan terus mendukung impor bahan baku dan bahan penolong. Sebab, neraca perdangan Indonesia pada November 2012 tercatat defisit 478,4 juta Dolar. Hal itu dikarenakan tingginya impor bahan baku dan penolong.

Namun, kata Gita, poin utamanya adalah berkurangnya porsi impor produk konsumsi. Sepanjang 2012, impor barang konsumsi menurun 0,38 persen. Secara akumulasi, Indonesia mengimpor 176,094 miliar dolar yang terdiri dari 35,127 miliar barang modal, 128,728 miliar bahan baku dan 12,238 miliar barang konsumsi.

"Impor bahan baku dan barang modal meningkat di atas 10 persen. Kalau saya melihat ini sangat masih diperlukan, karena mereka produk yang mendukung substitusi impor dan mendukung investasi yang diinginkan," ujar Gita, di Jakarta, Rabu (2/1).

Ia mengatakan, investasi ini akan menghasilkan produk yang bernilai tambah. Menurtnya, Indonesia hanya tinggal menunggu waktu di saat perekonomian dunia sudah pulih untuk Indonesia meningkatkan ekspor. Pasalnya, ketika perekonomian dunia sedang buruk, Indonesia tidak henti-hentinya membangun pabrik. "Ketika itu terjadi kita sudah punya pabrik dengan produk yang bernilai tambah," katanya menegaskan.

Pemerintah, kata dia, terus mendorong kebijakan yang menopang hilirisasi dan industrialisasi. Hingga November, komulatif eskpor Indonesia turun enam persen dibandingkan tahun lalu. Indonesia mengeskpor 174,76 miliar dan mengimpor 176,09 miliar dolar. Dari neraca perdagangan ini, Idnonesia mengalami defisit perdagangan 1,33 miliar dolar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement