Ahad 16 Dec 2012 09:39 WIB

Pertamina Serahkan Hasil Uji Kelaikan Kilang Januari

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Fitria Andayani
Fasilitas kilang minyak mentah Rumaila dekat kota Basra, Iraq.
Foto: Nabil al-Jourani/AP
Fasilitas kilang minyak mentah Rumaila dekat kota Basra, Iraq.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menegaskan bakal segera menyerahkan hasil studi kelaikan (feasibility study) pembuatan kilang BBM ke pemerintah. Dengan diserahkannya proposal ini, pemerintah bisa segera memutuskan insentif yang diperlukan untuk pembangunan kilang. 

Presiden Korporat Komunikasi Pertamina, Ali Mundakir menyatakan, proposal tersebut akan disampaikan Pertamina kepada pemerintah pada Januari mendatang. "Akan segera kita berikan," tegasnya, Ahad (16/12). Setelah itu, pemerintah bisa mengambil sikap seperti apa insentif yang pantas diberikan. pemerintah juga akan mengumumkan apakah proyek tersebut dapat dilanjutkan atau tidak. 

Sebagaimana diketahui, Pertamina hendak membuat dua kilang BBM baru. Rencananya kedua kilang ini akan dikerjakan dengan rekan dari Timur Tengah. Kilang pertama kemungkinan akan dibuat di Bontang, Kalimantan Timur. Pertamina menggandeng anak usaha Kuwait Petroleum Corporation yakni Kuwait Petroleum International Company sebagai mitra.

Kilang kedua, bakal dibangun di Tuban, Jawa Timur. Pertamina mengajak anak usaha Saudi Aramco, Saudy Aramco Asia Company Limited (SAAC). Kapasitas kedua kilang diperkirakan akan mencapai 300 ribu barel per hari. Direktur Pengolahan Pertamina Chrisna Damayanto mengaku bila insentif tak disetujui pemerintah, kemitraan Pertamina dengan kedua perusahaan Arab itu bisa saja bubar. "Kita akan cari partner lain," katanya.

Pengamat energi Sutadi Pudjo Utomo menilai bila insentif menjadi masalah, Pertamina bisa mencari terobosan dengan memanfaatkan teknologi. "Jangan tergantung paten major oil company dengan paten mahal," ujarnya. Dia pun menyarankan agar Indonesia menggunakan isu perpanjangan izin sejumlah perusahaan untuk memaksa mereka membangun kilang. 

Misalnya pada negosiasi perpanjangan izin eksploitasi perusahaan migas asal Prancis Total E&P Indonesie di Blok Mahakam Kalimantan Timur. Menurutnya ini bisa menjadi posisi tawar Indonesia untuk mendesak kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) itu membangun kilang. "Termasuk Exxon Cepu bisa dimanfaatkan," katanya. 

Pembangunan kilang BBM baru penting untuk mengurangi ketergantungan impor BBM. Meski saat ini Pertamina memiliki enam unit kilang dengan kapasitas total 1,031 juta barel per hari, hanya  70 persen saja yang bisa diolah menjadi premium, solar, minyak tanah dan avtur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement