REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia patut berguru ke Korea Selatan dalam mengembangkan industri kreatif melalui Korean Wave (Gelombang Korea) yang menghasilkan devisa jutaan dollar AS.
"Kita perlu belajar dari Korea Selatan," kata Staf Ahli Perencanaan Program Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Cokorda Istri Dewi, pada Seminar "Kerja Sama Budaya dan Gelombang Korea (Hallyu)", Jumat (14/12).
Ia mengatakan kerja sama kedua negara sangat terbuka antara lain dengan cara saling berbagi pengalaman dalam hal kebijakan pengembangan industri kreatif dan pertukaran sumberdaya manusia untuk memperkuat kapasitas pelaku industri ini.
“Disamping itu, para pemangku kepentingan dalam industri kreatif kedua negara juga dapat "menfasilitasi produksi bersama dan penciptaan jejaring antarpelaku industri dan wirausaha kreatif,” kata Cokorda Istri Dewi.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya UI Ibnu Wahyudi berpendapat, jejak pengaruh Gelombang Korea di Indonesia seperti tercermin dari kehadiran sejumlah boyband dan girlband. Tak lupa bidang perfilman-persinetronan dan kuliner tidak dapat dipisahkan dari Gelombang Korea.
"Cepat diterimanya Gelombang Korea tersebut di Indonesia lebih disebabkan oleh muatan yang memang mampu memberi harga yang istimewa pada diri para epigon, yaitu harga yang berkaitan dengan pemerolehan identitas diri yang serba lebih," katanya.
Terkait dengan manfaat ekonomi yang diperoleh Korsel dari Gelombang Korea, Jun-Seok Roh dari Lembaga Konten Kreatif Korea (KCCA) mengatakan, Gelombang Korea itu menghasilkan devisi senilai 5.015 juta dolar AS pada 2011.
"Devisa sebesar itu diperoleh dari ekspor produk budaya, kedatangan turis asing dan pengaruh tak langsung seperti pembelian berbagai barang konsumsi terkait," katanya.