Selasa 11 Dec 2012 17:10 WIB

Indonesia Belum Siap Hadapi Pasar Bebas ASEAN

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Fitria Andayani
 Bawang putih impor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (10/12). (Republika/Prayogi)
Bawang putih impor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (10/12). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menilai daya saing ekonomi Indonesia belum cukup kuat. Hal ini dikhawatirkan dapat membahayakan posisi Indonesia ketika pasar bebas ASEAN atau Asean Economic Community (AEC) diterapkan pada 2015 mendatang.

Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, lemahnya daya saing Indonesia tampak dari dukungan terhadap konsumsi domestik. Konsumsi lokal yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga saat ini belum bisa didukung dari dalam negeri. "Akibatnya kita terus harus mengimpor dari luar negeri," ujarnya. Selasa (11/12). Semestinya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kharus seiring dengan pertumbuhan industri dan produksi pangan yang tinggi.

Pada saat AEC dibuka, Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang impor. Negara Asean juga bebas membangun pabrik di manapun secara bebas. Soal tenaga kerja, sesama negara Asean juga akan bersaing untuk mendapatkan pekerja. Oleh karena itu, bila fundamental ekonomi Indonesia tidak kuat, maka Indonesia akan kalah bersaing. 

Suryo mengatakan, AEC tidak mungkin ditunda. Pasalnya, kesepatakan ini sudah ditandatangani jauh-jauh hari. Meskipun Indonesia merupakan negara paling besar di Asean, penundaan AEC karena ketidaksiapan Indonesia tidak bisa dilakukan. Menurutnya, AEC hanya bisa diundur atas kesepakatan semua negara Asean. "Satu-satunya cara, kita harus melakukan persiapan untuk menghadapinya," katanya. 

Suryo mengatakan, Indonesia harus bisa bersaing agar tidak terpuruk seperti China Asean Free Trade Agreement (CAFTA) lalu. CAFTA, kata Suryo menghancurkan usaha kecil dan menengah, bahkan membuat industri nasional mengalami mati suri. Ia mengingatkan, jika Indonesia tidak siap dengan AEC mendatang, Indonesia hanya akan menjadi pasar, bukan pemain utama AEC. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement