REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ongkos buruh yang meningkat perusahaan peritel pakaian, seperti PT Trisula Internasional Tbk (TRIS) melakukan efisiensi kerja. Dampak itu terutama terlihat dalam jasa sales promotion girls (SPG).
Corporate Secretary Trisula International, Marcus Brotoatmodjo, mengatakan kenaikan upah minimum buruh saat ini memang berdampak pada jasa SPG yang memasarkan produk perseroan.
"Perseroan butuh kiat khusus intuk meningkatkan produktivitas melalui masukan informasi sebanyak-banyaknya dengan sistem IT," katanya di Jakarta, Selasa (11/12).
Perusahaan berinvestasi IT tahun ini mencapai 150 ribu dolar AS. Perusahaan perlu meningkatkan produktifitas, karena sebagai perusahaan yang sedang berkembang, Trisula perlu mengetahui tolak ukur perkembangan ritelnya.
Trisula, kata Marcus, membutuhkan informasi yang cepat dari perkembangan penjualan, stok, dan kegiatan bazaar. Sehingga visibility trasanksi bisa dikontrol, juga bisa memantau dan mengetahui mana SPG yang bagus dan kurang bagus.
Terkait dengan rencana kerja 2013, Direktur Utama Trisula Internasional, Lisa Tjahjadi, menargetkan pertumbuhan penjualan perusahaan sebesar 15 persen dari perolehan tahun ini.
"Segmen ritel masih akan mendominasi penjualan tersebut, mencapai 79 persen," katanya.
Untuk mendukung penjualan tersebut, Lisa memberi bocoran bahwa perseroan akan menggandeng brand baru di awal tahun depan. Brand tersebut akan direalisasikan pada kuartal I 2013. Perseroan saat ini juga masih menggantongi fasilitas pinjaman bank senilai Rp 15 miliar dan belum semuanya terpakai.
Hingga September 2012, penjualan perseroan tercatat sebesar Rp 403 milliar. Artinya, tumbuh 14 persen dari periode yang sama pada 2011. Kenaikan ini diiringi dengan pencatatan laba bersih sebesar Rp 21,6 milliar di periode yang sama, atau peningkatan sebesar 41 persen dari September 2011.
Akhir tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan meningkat sebesar 18 persen. Perusahaan juga mengharapkan kenaikan laba bersih lebih dari 41 persen.