REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi 0,07 pada bulan November disebabkan salah satunya oleh penurunan harga ikan. Solusinya nelayan diajak untuk menambah nilai tambah komoditi ikan.
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Abdul Halim mengatakan dalam situasi musim panen, harga komoditas ikan di tingkat nelayan hampir selalu lebih rendah. Akibatnya, nelayan tak selalu bisa mendapatkan hasil yang lebih di saat musim panen.
"Dalam situasi ikan banyak atau sedikit harga jual ikan yang diperoleh nelayan selalu kecil, karena rantai nilainya dipotong oleh tengkulak," ujar Halim, Rabu (5/12).
Nelayan, kata Halim sebagai stakeholder penangkap ikan menerima hasil yang lebih rendah lagi.Anjloknya harga ikan saat musim panen, lanjutnya, bisa dilakukan dengan melakukan revitalisasi tempat pelelangan ikan. Perlu juga difasilitasi dengan koperasi.
"Dari sisi bantuan sudah ada karena memang sudah dianggarkan, tapi belum ada tindak lanjut terkait perkembangan mereka," ujar Halim.
Ekonom Aviliani mengatakan pemerintah perlu mengatur lokasi dan hasil panen supaya tidak terjadi over produksi. Ia mengatakan agar harga jual di tingkat nelayan atau petani tidak jatuh, mereka harus diberi fasilitas untuk memberikan nilai tambah.
Nilai tambah untuk nelayan, katanya, bukan diperoleh dari banyaknya ikan yang ditangkap namun diperoleh dari pengolahan. Justru budidaya perikanan harus terus digencarkan agar ketika sedang tidak panen, nelayan bisa tetap memiliki penghasilan.
"Nelayan jangan hanya diberi fasilitas penangkapan ikan, tapi diberi ketrampilan untuk bisa menjadikan pepes atau yang lain," kata Aviliani.