Jumat 30 Nov 2012 10:37 WIB

Harga Pangan Global Turun, Tapi Masih Tinggi

Bank Dunia
Bank Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Harga pangan global telah turun dari rekor pada Juli, tetapi masih sangat tinggi, menempatkan lebih banyak orang dalam bahaya kelaparan dan sakit karena kekurangan gizi.

"Sebuah norma baru harga tinggi tampaknya akan konsolidasi," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Penanggulangan Kemiskinan, Otaviano Canuto, di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Kamis (29/11).

"Dunia tidak bisa bersikap tenang terhadap tren ini, sementara 870 juta orang masih hidup dalam kelaparan dan jutaan anak meninggal setiap tahun karena penyakit yang dapat dicegah akibat kekurangan gizi," katanya menambahkan.

Kekeringan dan melonjaknya suhu di Amerika Serikat dan Eropa Timur pada musim semi dan musim panas, menghancurkan beberapa tanaman biji-bijian penting yang memberi makan banyak orang di dunia, mengirim harga jagung (maizena) dan kedelai ke tingkat tertinggi.

Harga-harga melonjak 10 persen pada Juli saja, karena kekeringan di sabuk pangan AS meningkat, menyebabkan kerugian tanaman yang lebih besar. Harga-harga telah menurun dari puncaknya, tergelincir terutama pada Oktober, Bank Dunia mengatakan.

Tetapi harga-harga itu masih tujuh persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya, dan biji-bijian penting jauh lebih tinggi -- harga jagung 17 persen lebih tinggi dari posisi Oktober 2011. Bank Dunia, mengatakan 870 juta orang di seluruh dunia hidup dengan kelaparan kronis dan kekurangan gizi.

"Meskipun kami belum melihat sebuah krisis pangan seperti salah satu yang terjadi pada 2008, ketahanan pangan harus tetap menjadi prioritas," kata Canuto.

"Kita perlu meningkatkan upaya-upaya untuk memperkuat program gizi, jaring pengaman, dan pertanian berkelanjutan, terutama bila tindakan yang tepat dapat membawa manfaat yang luar biasa," lanjutnya.

sumber : Antara/ AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement