REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA----Kinerja bisnis perusahaan penjual valuta asing (valas) atau money changer terancam dengan penggunaan valas langsung dalam transaksi domestik yang kian meningkat. Transaksi valas membuat persaingan di bisnis penjualan ini menjadi tak sehat.
Sekretaris Umum Badan Pengurus wilayah DKI Jakarta Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA), Idrus Muhamad mengatakan valuta asing saat ini sudah dapat digunakan untuk bertransaksi di dalam negeri.
Situasi ini membuat penjualan valas menurun sehingga banyak money changer yang menutup bisnisnya. “Banyak pihak sekarang menerima transaksi menggunakan valas bahkan sampai ke daerah sudah terima dolar. Itu yang membuat industri ini tidak sehat, “ ujarnya di Jakarta, Rabu (14/11).
Dalam bisnis penjualan valas, perusahaan yang mendapat izin dari Bank Indonesia juga harus bersaing dengan perusahaan penjual ilegal. Idrus mengatakan penjualan valas juga telah dilakukan perbankan hingga ke tingkat ritel. “Persaingan dalam bisnis penjualan valas sudah tidak sehat. Ya, ini yang membuat perusahaan kolaps, “ ungkapnya.
Persaingan yang tidak sehat tersebut, kata Idrus dipicu penegakan peraturan yang masih kurang. Penjual valas ilegal masih menjamur. “Peraturan memang masih perlu disosialisasikan agar masyarakat lebih memilih perusahaan penjual valas yang legal, “ ujarnya.