REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia berencana menaikkan kembali suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi). Suku bunga Fasbi tersebut dinaikkan agar BI lebih banyak menyerap likuiditas.
Kenaikan suku bunga Fasbi tersebut untuk merespons kinerja ekonomi Indonesia yang semakin baik.
Deputi Gubernur BI, Hartadi Agus Sarwono, mengatakan kinerja ekonomi tersebut akan mendorong lebih banyak modal asing masuk ke dalam negeri (capital inflow).
“Trennya apabila (capital) inflow itu masuk maka kami harus meningkatkan kapasitas penyerapan yang akan membuat fasbi naik,” ujarnya, di Jakarta, Senin (13/11).
Modal asing akan lebih banyak masuk ke Indonesia juga didorong kebijakan pelonggaran ekonomi Amerika Serikat, Quantitative Easing ketiga (QE3). Hartadi mengatakan modal asing yang masuk bahkan sudah terasa di portofolio seperti Surat Berharga Negara (SBN).
Dengan peningkatan modal asing tersebut, nilai tukar rupiah pun diperkirakan akan meningkat ke depan. “Trennya seperti itu,” kata Hartadi.
Lebih lanjut, tingginya modal asing yang masuk bisa dimanfaatkan untuk pembiayaan ekonomi jangka menengah dan panjang. Meski demikian, modal asing yang masuk tersebut dalam jangka pendek akan membuat kelebihan (ekses) likuiditas di dalam negeri.
Kelebihan likuiditas inilah yang dapat membahayakan ekonomi karena dapat dimanfaatkan untuk kegiatan spekulatif. “Likuiditas yang belum dimanfaatkan itu harus diserap oleh bank sentral karena kelebihan ekonomi ini akan menjadi spekulatif, hot money yang gampang sekali jadi reversal (ditarik), “ ungkapnya.
Bank sentral sebelumnya telah menaikkan suku bunga Fasbi sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4 persen pada Agustus 2012. Kapan suku bunga Fasbi akan kembali naik, kata Hartadi, akan tergantung dari kondisi ekonomi global. Saat ini, kondisi ekonomi global dinilai masih penuh ketidakpastian.
Besaran suku bunga Fasbi untuk dapat menyerap kelebihan likuiditas secara maksimal juga belum ditentukan bank sentral. Kenaikan suku bunga Fasbi pun akan mempertimbangkan kebijakan moneter jangka panjang. “Ini masih jangka panjang. Bagaimana dan kapan inflow itu masuk saya belum tahu,” ujarnya.