REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto mengatakan belum ada perusahaan manufaktur yang ingin merelokasi pabriknya terkait keinginan industri dalam negeri menghentikan produksi atau "lock out" nasional.
"Secara resmi belum ada industri yang mau merelokasi pabriknya dari Indonesia," kata Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, kondisi terakhir mengenai industri dalam negeri seperti demo buruh mengganggu kelangsungan keberadaan industri. Hal itu menurut Panggah karena tuntutan buruh semakin meluas, seperti tidak hanya menuntut kesejahteraan tetapi juga berbuat rusuh dalam demo tersebut.
"Tentu kondisi itu mempengaruhi dan mengganggu sistem produksi dalam industri, dan kondisi ini sudah sangat serius," ujarnya.
Panggah menilai, satu sisi demo buruh itu terjadi terus-menerus mempengaruhi produksi padahal di sisi lain perusahaan harus memenuhi pesanan konsumen. Menurut dia, jika hal itu terjadi maka konsumen itu akan beralih ke pihak lain dan mengurangi pendapatan perusahaan.
"Langkah yang kami lakukan adalah terus berkoordinasi dengan Apindo dan juga Kepolisian," katanya.
Dia menilai, masalah ketenagakerjaan dan industri merupakan masalah bersama serta harus dicari penyelesaiannya. Menurut dia, jika pengusaha jadi menghentikan produksi maka yang rugi adalah masyarakat.
Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Ramon Bangun mengatakan masalah ketenagakerjaan yang tidak kunjung selesai menjadi salah satu sebab menurunnya industri tekstil dan aneka Indonesia. Dia menilai demo buruh yang sekarang ini dilakukan sudah tidak dibenarkan karena melakukan aksi "sweeping" di dalamnya. "Kalau memperjuangkan hak melalui demo itu sah saja, tetapi kalau sudah pakai sweeping itu tidak benar," kata Ramon.
Dia menilai, selama ini banyak buruh di berbagai industri tidak mau ikut demo tetapi karena di sweeping maka mereka ikut aksi tersebut. Kemenperin menurut dia, sudah memberikan surat ke Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi terkait hal itu agar dicarikan solusinya.
Ramon mengatakan, penurunan jumlah produksi industri tekstil dan Aneka disebabkan permintaan eropa melambat dan banyaknya peraturan yang membebani industri, selain masalah buruh. Menurut dia, Kemenperin akan berusaha mencari pasar tradisional sebagai pasar baru, seperti Timur Tengah dan Afrika Selatan untuk menyiasati lemahnya perdagangan di Eropa.