REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspor-impor September 2012, Kamis (1/11). Data yang dilansir oleh BPS menunjukkan adanya surplus dari ekspor terhadap impor sebesar 552,9 juta dolar AS yang terdiri dari 15,9 miliar dolar AS (ekspor) dan 15,35 miliar dolar AS (impor).
Ketua Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3EI) Kamar Dagang dan Industri Indonesia Didik J Rachbini mengatakan neraca perdagangan secara bulanan sulit untuk diukur. "Kalau perdagangan bulanan kadang-kadang surplus, kadang-kadang defisit," kata Didik melalui pesan singkatnya kepada Republika, Jumat (2/11).
Terkait neraca perdagangan sampai September 2012, Didik menyebut neraca perdagangan dalam beberapa aspek berada pada titik kritis. Aspek-aspek tersebut antara lain neraca perdagangan industri, pertanian dan pangan serta minyak yang terus mengalami defisit.
Menurut dia, raihan surplus yang dicapai tetap bersumber dari eksploitasi sumber daya alam yang sebentar lagi akan habis. Padahal, kata Didik, kritisnya neraca perdagangan tidak hanya pada barang.
Neraca perdagangan di bidang jasa (jasa angkutan dan keahlian) juga tekor terus. "Akibatnya neraca transaksi berjalan juga bermasalah," tegas Didik.