REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam menilai kebijakan izin berjenjang atau 'multiple license' dapat menimbulkan seleksi alam, walaupun dinilai bisa memicu efisiensi perbankan.
"Kebijakan ini dapat memicu efisiensi perbankan, mengurangi risiko walaupun di sisi lain juga menimbulkan 'seleksi alam'," katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (2/11).
Seleksi alam itu menurut Latif, terjadi karena bank bermodal besar memiliki kekuasaan untuk bisa berekspansi. Sementara itu, bank-bank bermodal kecil pemacu krisis akan terdegradasi. "Jadi ada semacam 'predator' di perbankan," kata dia.
Meski demikian, Latif menilai kebijakan itu berdampak positif karena memberikan stimulus agar perbankan bisa meningkatkan efektifitasnya. Peningkatan efektifitas itu akan mendorong rasio penyaluran kredit perbankan terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Terlepas dari ekspansi kredit perbankan yang menggembirakan, rasio kredit perbankan terhadap PDB kita masih rendah," kata dia.
Jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia, Thailand atau Vietnam, lanjut dia, rasio kredit perbankan Indonesia terhadap PDB sebesar 30 persen masih rendah. Rasio penyaluran kredit perbankan Malaysia mencapai 114 persen terhadap PDB totalnya, sedangkan Thailand mencapai 116 persen dan Vietnam 125 persen.
Selain itu, aturan yang ditetapkan Bank Indonesia tersebut juga bisa meningkatkan kinerja perbankan ke daerah yang belum tersentuh. "Sehingga dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap pembiayaan inklusi melalui perbankan (banking inclusion)," paparnya.
Aturan izin berjenjang mewajibkan semua bank, baik asing, swasta, maupun milik pemerintah, memiliki izin berbeda dalam setiap operasinya. Saat ini, bank hanya memiliki satu izin untuk melakukan berbagai jenis operasi seperti menarik dana dari masyarakat, memberikan pinjaman, dan menjalankan bisnis manajer investasi.