REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Manajemen PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk (BORN) semakin yakin untuk mengakhiri hubungan kerjasamanya dengan Bakrie Group melalui Bumi Plc. Direktur Utama Borneo Lumbung Energi dan Metal, Alexander Ramlie, berharap investasi yang telah mereka tanamankan di Bakrie Group dapat kembali.
Seperti diketahui, Borneo menyuntikkan 1,2 miliar dolar AS untuk menyelamatkan Bakrie Group dari default. Sebesar satu miliar dolar AS diperoleh perusahaan dari pinjaman Standard Chartered Bank Hongkong. Sisanya, 200 juta dolar AS berasal dari dana internal perusahaan. Dana itu digunakan untuk mengakuisisi 23,8 persen saham Bakrie Group di Bumi Plc yang berbasis di London.
Seluruh pinjaman tersebut harus dibayarkan dalam lima tahun. Rinciannya 50 juta dolar AS pada 2012, 140 juta dolar AS pada 2013, 140 juta dolar AS pada 2014, 160 juta dolar AS pada 2015, dan 510 juta dolar AS pada 2016. "Harapan besar kami adalah investasi yang sudah kami tanamkan itu bisa kembali," kata Alex kepada ROL di Jakarta, Kamis (25/10).
Fund Manager Investment Division PT Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul, mempertanyakan bagaimana cara Bakrie Group dapat membayar kewajibannya kepada Borneo. "Sebab sebagian besar pelaku pasar meragukan kemampuan Bakrie Group untuk membeli kembali secara tunai seluruh asetnya di Bumi Plc," ujarnya.
Bakrie Group membutuhkan uang tunai dalam jumlah cukup besar untuk merealisasikan tukar guling sahamnya sesuai proposal yang telah diajukannya ke manajemen Bumi Plc. Ada tiga klausal penting dalam proposal tersebut. Pertama, Bakrie Group membatalkan kepemilikan tak langsung sebesar 23,8 persen sahamnya di Bumi Plc. Saham itu akan ditukar dengan sekitar 10,3 persen saham yang dimiliki Bumi Plc di Bumi Resources.
Kedua, Bakrie Group juga akan membeli kembali secara tunai sisa sekitar 18,9 persen saham yang dimiliki Bumi Plc di Bumi Resources. Ketiga, Bakrie Group menawarkan juga pembelian kembali secara tunai sekitar 84,7 persen saham yang dimiliki Bumi Plc di PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU).
Namun, manajemen perusahaan milik taipan Indonesia, Samin Tan, itu juga optimis Bakrie Group bisa memenuhi kewajiban pembayarannya kepada Borneo. Alex mengatakan keyakinan itu timbul karena sejarah bisnis keluarga Bakrie yang mampu bangkit dari beberapa kali keterpurukan, seperti yang terjadi pada 1997,2005, dan 2008.