REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tarif Angkutan Udara menjadi penyumbang inflasi terbesar. Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, mengungkapkan ongkos pesawat terbang menjadi penyebab inflasi utama dengan prosentasi 0,1 persen dari inflasi umum sebesar 0,95 persen.
"Penyebab utama adalah transportasi angkatan udara dengan perubahan harga 13,78 persen,"ungkap Suryamin di kantor BPS, Jakarta, Senin (3/9). Suryamin mengungkapkan kenaikan harga transportasi terjadi di 41 kota Indeks Harga Konsumen dengan Manado menjadi kota dengan kenaikan ongkos pesawat tertinggi dengan nilai 80 persen.
Direktur Statistik Harga BPS, Sasmito Hadiwibowo, menilai tingginya kontribusi transportasi udara pada inflasi kali ini menunjukkan peningkatan kelas menengah di negeri ini. Namun masih ada pertanyaan menyusul, apakah indikasi ini menunjukkan kelas menengah yang pandai menyimpan uang atau kelas menengah yang konsumtif.
Sasmito pun menjelaskan angka inflasi yang menyentuh 0,95 persen masih wajar. Pasalnya, tutur Sasmito, bila dibandingkan dengan inflasi musim puasa tahun lalu, angka inflasi sebesar 0,93 persen.
Untuk prediksi akhir tahun, Sasmito memperkiakan akan terjadi penurunan inflasi.. "Bahkan saya harap bisa deflasi,"ujar Sasmito. Kalau pun terjadi inflasi, Sasmito meramalkan angkanya hanya akan berkisar 0-0,5 persen. Ia berpendapat, beberapa penyebab utama inflasi seperti ongkos pesawat terbang dan angkutan umum bakal tergerus seiring berlalunya musim lebaran.