REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Maskapai Australia Qantas telah mengumumkan kerugian perdananya sejak diprivatisasi tahun 1955 lalu dan sekaligus membatalkan pesanan 35 jet Boeing akibat besarnya harga bahan bakar dan aksi mogok karyawan.
Kerugian yang mencapai 244 juta dolar Australia atau sekitar Rp 2,4 Triliun adalah kebalikan 180 derajat dari keuntungan setahun lalu yang Qantas nikmati yaitu 250 juta dolar Australia.
Qantas menyalahkan kenaikan harga bahan bakar yang mencapai 18 persen. Serta serentetan aksi mogok para pegawainya yang membuat perusahaan harus merugi 194 juta dolar Australia.
Perusahaan Qantas juga harus menganggung rugi 450 juta dolar Australia dari bisnis internasionalnya.
Tingginya nilai tukar dolar Australia terhadap dolar Amerika juga berpengaruh terhadap kerugian Qantas, demikian dilaporkan Aljazeera.