Kamis 09 Aug 2012 19:01 WIB

Hebat... Eceng Gondok Kulon Progo Tembus Pasar Eropa dan AS

Seorang petani mengambil eceng gondok. Ilustrasi
Foto: Antarafoto.com
Seorang petani mengambil eceng gondok. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO - Kerajinan eceng gondok buatan warga transmigran Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mampu menembus pasar Eropa dan Amerika Serikat.

"Kami melalui Surabaya mengirimkan produk hasil ke Amerika Serikat dan Eropa. Jumlah permintaan sejak 2011 terus mengalami peningkatan," kata pengusaha eceng gondok "Enget Handicraft", Sumini di Kulon Progo, Kamis.

Ia mengatakan, kerajinan eceng gondok yang paling diminati yakni tempat pakain kotor ukuran besar. Permintaan rata-rata perbulan mencapai 2.250 hingga 2.700 item. "Harga yang kami tawarkan sangat murah yakni untuk tempat pakain kotor ukuran besar Rp 53.000 per unit dan ukuran kecil Rp 30.000," katanya.

Selain memproduksi keranjang pakain, kata dia, 'Enget Handicraft' memproduksi tas-tas untuk dijual di pasar lokal seperti Bali, Bandung dan Jakarta. "Permintaan pasar lokal juga semakin menggeliat. Terutama saat liburan sekolah, Lebaran dan Natal. Libur Lebaran ini, permintaan tas dari eceng gondok naik 20 persen," kata Sumini.

Menurut dia, masa kejayaan ekspor kerajinan eceng gondok terjadi pada 2005. Jumlah permintaan mencapai 27.000 item atau 18 kontainer yang harus dikirim setiap tiga bulan. "Kalau sekarang ekspor empat hingga lima kontainer sudah terbilang bagus karena harus bersaing dengan perajin lain dari Kulon Progo dan Bantul serta dari Vietnam," katanya.

Ia menjelaskan, selain bersaing dalam soal produk, pihaknya juga harus dihadapkan dengan persaingan harga. Semua perajin menawarkan produk kerajinan dengan harga murah dan kualitas yang sama.

"Selain berebut pangsa pasar, kami juga 'perang harga' dengan perajin lain karena untuk mendapatkan pembeli besar kami harus menjual kerajinan dengan harga murah. Yang kami pikirkan, untung sedikit tapi permintaan jalan terus dan usaha tetap berjalan," kata dia.

Bahan baku eceng gondok, kata dia, dibeli dari pengepul di Ambarawa, Jawa Tengah. Setiap truk seharga Rp 1.250.000 hingga Rp 1.500.000. Selain itu, pihaknya harus mengeluarkan biaya untuk pengeringan sebesar Rp 150.000. Jadi total biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan empat kuintal eceng gondok adalah Rp 1.400.000.

"Keuntungan menjual kerajinan tidak besar, tapi untuk membayar upah tujuh karyawan setiap bulan masih dapat sisa keuntungan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement