REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Meski mampu menjadi lumbung padi Indonesia, provinsi Jawa Tengah angkat tangan dalam hal produksi kedelai. Produksi kedelai di Jateng hanya mampu memasok dalam kisaran 90 ribu hingga 125 ribu per tahun.
Kondisi tersebut dikatakan oleh Kepala Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag) Jateng, Ikhwan Sudrajat. Dia menuturkan, produksi kedelai di Jateng belum seintensif beras yang mampu surplus hingga 3 juta ton.
Jagung pun serupa dengan kedelai, sulit untuk ditingkatkan. "Beras kita dorong supaya meningkat terus. Jateng target surplus beras 3 juta ton. Tapi kedelai jagung belum seintensif beras," ujarnya saat diskusi Prime Topic di Hotel Quest, Senin (6/8).
Ikhwan menuturkan, tak banyak lahan Jateng yang ditanami kedelai. Pasalnya, kedelai memang tanaman yang cocok tumbuh di kawasan sub tropis. "
Di Demak contohnya, dulu produksi kedelai tapi sekarang kacang ijo. Di Tegal produksi cuma 3 ton. Produksi kedelai di Jateng hanya mampu 90 hingga 125 ribu ton per tahun. Padahal kebutuhan kedelai sangat banyak, untuk industri sekitar 120 ribu ton per tahun, untuk konsumsi mencapai 720 ribu ton per tahun," tuturnya.
Kekurangan pasokan kedelai, kata Ikhwan, selalu terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tak hanya beberapa pekan terakhir tahun ini, namun hal serupa juga terjadi pada tahun 2004 dan 2008. "Kedelai punya pengalaman kaya gini berkali-kali. Kaya siklus empat tahunan," ujarnya.
Menurut Ikhwan, mengatasi permasalahan kedelai tersebut perlu dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, identifikasi dahulu daerah yang cocok ditanami kedelai. Kemudian, perlu penetapan harga minimal yang akan dibeli pemerintah. Karena saat ini, kata Ikhwan, kedelai belum masuk skala beli kedelai. Dengannya, keinginan swasembada kedelai dapat terwujud.