REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Gerakan Pemuda Ansor menggelar pertemuan internasional iklusi keuangan syariah. Kegiatan ini diharapkan dapat memperluas aksesabilitas masyarakat Indonesia menuju lembaga keuangan.
Selama ini GP Ansor menilai lembaga keuangan masih belum menyentuh masyarakat mikro, khususnya yang berada di daerah terpencil dan warga miskin. Lembaga keuangan, khususnya bank, masih hanya melayani masyarakat kelas menengah. Hal ini menjadi salah satu penyebab terus berkembangnya rentenir yang menghisap dana masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah.
"Kami harapkan dengan adanya pertemuan ini kami bisa membasmi pelan-pelan para rentenir," ujar Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid, Sabtu (14/7).
Layanan perbankan saat ini masih sangat minim. Diperkirakan baru sekitar 19 persen masyarakat yang sudah terlayani dengan lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank. Sisanya masih dilayani oleh tengkulak yang mengambil untung sebesar-besarnya.
Untuk itu perlu segera diterapkan sistem inklusi keuangan agar seluruh masyarakat di Indonesia terlayani dengan lembaga keuangan. Masyarakat perlu diberi pengertian tentang pentingnya lembaga keuangan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat itu sendiri, yang ikut meningkatkan perekonomian negara.
Selain itu perlu juga diadakan edukasi yang terus-menerus tentang lembaga keuangan kepada masyarakat. Khususnya di daerah masih banyak masyarakat yang sangsi memanfaatkan jasa lembaga keuangan. "Kalau bilang nabung di bank 'A', dikira rumahnya hasil kredit," kata Nusron.
Hal tabu seperti ini juga harus segera diberantas dengan memberikan edukasi tentang lembaga keuangan. Bila masih malu untuk ke bank, setidaknya bisa memanfaatkan koperasi atau koperasi syariah. Masyarakat tidak boleh lagi meminjam dari tengkulak karena hal itu tidak akan menguntungkan, melainkan merugikan peminjam.
International Islamic Financial Inclusion Summit (IFIS) ini adalah salah satu rangkaian dari Harlah GP Ansor yang ke-78. Dalam Harlah GP Ansor juga dilaksanakan Ekspo keuangan mikro syariah, workshop, pasar mudah harlah, dan festival budaya. Rencananya IFIS akan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (16/7)