REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berencana impor minyak mentah ("crude") secara langsung dari Irak untuk memenuhi kebutuhan kilang, baik yang sudah beroperasi maupun baru.
Menteri ESDM Jero Wacik usai menyaksikan penandatangan nota kesepahaman bidang energi dan sumber daya mineral antara Indonesia-Irak di Jakarta, Rabu mengatakan, impor minyak mentah secara langsung tersebut akan menjamin kebutuhan kilang dalam jangka panjang.
"Mereka siap memenuhi kebutuhan 'crude' yang kita minta. Ini kerja sama yang saling menguntungkan," ujarnya. Menurut Jero, Pertamina akan menindaklanjuti rencana impor "crude" itu dengan perusahaan Irak.
Turut pula menyaksikan Wakil Perdana Menteri Irak, Hussain Ibrahim Saleh Al-Shahristani.
Dirjen Migas Kementerian ESDM, Evita Herawati Legowo menambahkan, pasokan minyak mentah bisa untuk memenuhi kebutuhan kilang yang saat ini masih impor 300.000 barel per hari.
Selain itu, minyak mentah Irak bisa untuk kilang yang tengah direncanakan dibangun pemerintah di Plaju, Sumsel dengan kapasitas 300.000 barel per hari.
"Irak berencana menaikkan produksi dari 3 juta menjadi 10 juta barel per hari dalam 4-5 tahun ke depan. Kita butuh 'crude' berapapun, mereka siap suplai," ucapnya.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, Afdal Bahaudin mengatakan, pihaknya menargetkan sudah memperoleh minyak mentah dari Irak pada 2012.
"Kami berharap bisa mendapat 50.000 barel per hari terlebih dahulu," ujarnya, berharap. Ia mengatakan, Pertamina akan segera mengirimkan permintaan minyak mentah ke perusahaan "trading" di Irak. "Setelah itu, kita baru bicara harga dan spesifikasi 'crude'-nya bagaimana," katanya.
Pemerintah telah meminta Pertamina memperbanyak impor minyak langsung dan mengurangi peran perantara ("trader"). Selain Irak, Pertamina juga telah menjajaki impor minyak langsung dari Venezuela dan Kazakstan.