REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bank Indonesia (BI) melihat industri perbankan Indonesia masih jauh tertinggal dibanding bank-bank negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, Thailand bahkan Filipina. Hal ini terjadi, meski kinerjanya terus membaik.
"Walaupun mengalami pertumbuhan yang pesat, secara individu hanya terdapat empat bank umum Indonesia yang masuk 20 besar di kawasan ASEAN," kata Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, dalam pelatihan wartawan perbankan dan moneter (Partner) di Bogor, Senin (25/6).
Data BI per 31 Desember 2011 menunjukkan, dari segi total aset, modal, dan kredit, urutan pertama dan kedua 20 bank terbesar ASEAN dikuasai bank dari Singapura, urutan ketiga sampai kelima bank dari Malaysia, dan urutan enam sampai delapan bank dari Thailand. Bank asal Indonesia yaitu Bank Mandiri berada di posisi sembilan, sementara BRI di posisi 11, sementara BCA dan BNI di posisi 14 dan 15.
Halim mengatakan rendahnya tingkat efisiensi membuat perbankan Indonesia tertinggal dari bank-bank di ASEAN, seperti terlihat dari rasio BOPO (biaya operasional dibanding pendapatan operasional) masih kalah jauh dibanding dengan Malaysia, Thailand, apalagi Singapura. Padahal, kata dia, rasio BOPO-nya sudah turun menjadi 76,7 persen pada April 2012,
Untuk indikator BOPO ini, Indonesia bahkan kalah dibandingkan Vietnam yang mencatat BOPO sebesar 46,9 persen dan Filipina sebesar 79,6 persen.
Dijelaskan Halim, inefisiensi di sektor perbankan ini, selain disebabkan tingginya biaya dana (cost of funds) juga disebabkan biaya operasional yang besar. Hal ini terjadi, terutama di bidang biaya tenaga kerja dan biaya barang dan jasa.
Berdasarkan data BI sampai akhir 2011, biaya tenaga kerja mencapai 1,29 persen dari total aset perbankan, sementara biaya barang dan jasa mencapai 0,54 persen dari aset. "Bank mengatakan biaya tersebut merupakan dampak dari upaya penetrasi bank ke seluruh wilayah Indonesia melalui pembukaan kantor cabang," kata Halim.