REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Krisis ekonomi melanda Eropa, bagaimana dengan Indonesia? Direktur Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto, menilai krisis keuangan di Eropa tidak berpengaruh besar terhadap Indonesia.
"Kondisi Eropa tidak berpengaruh besar terhadap Indonesia, pasar keuangan di dalam negeri cukup bagus. Kalau ada gejolak di pasar saham maka investor akan berpindah ke pasar surat berharga negara (SBN), dan instrumen itu dijadikan 'save haven' bagi investor," ujar Rahmat Waluyanto di sela-sela seminar Himpunan Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun).
Menurut dia, berpindahnya dana dari pasar saham ke SBN membuat kondisi pasar keuangan di dalam negeri menjadi tetap stabil.
Ia menambahkan, gejolak pasar dapat menciptakan kesempatan. Investor jangka panjang berinvestasi pada obligasi yield tinggi dapat dijadikan waktu untuk mencari menarik peluang. "Tingginya yield obligasi pemerintah, dapat dijadikan kesempatan bagi dana pensiun dan asuransi untuk masuk karena kondisi itu akan menarik, karena dengan yield obligasi yang naik akan menarik untuk investasi jangka panjang," kata dia.
Saat ini, lanjut dia, investor asing tengah mengurangi porsi kepemilikannya, kondisi itu menjadi kesempatan bagi investor domestik untuk masuk sehingga dapat dijadikan "save haven". "Asing mengurangi porsinya dan kondisi itu diambil alih domestik, jadi mengurangi invesor asing dan domestik masuk," ucap dia.
Ia mengatakan, saat lelang surat utang negara (SUN) kemarin terlihat cukup menarik dengan penawaran yang masuk mencapai Rp 14 triliun meski asing yang masuk berkurang.
Meski demikian, menurut dia, hasil itu menunjukkan "save haven" di pasar surat pemerintah, maka dengan begitu pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara tetap stabil.