REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah bakal membangun pabrik solar cell (industri negara surya) di Indonesia. Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengaku bakal menunjuk tiga perusahaan pemerintah untuk bekerja sama merealisasikan proyek ini.
Menurut Deputi Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik Sumaryanto Widayatin perusahaan tersebut antara lain PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
“Bakal ada anak usaha patungan atau joint venture dari ketiganya,” katanya, Kamis (19/4) sore.
Ia mengaku, proyek tersebut akan memakan dana hingga Rp 30 juta dolar AS. Dana tersebut berasal dari kemitraan tiga BUMN yang telah ditunjuk, dengan porsi dominan dari PLN.
Dikatakannya, Indonesia memiliki sumber daya pasir kuarsa, bahan baku solar cell mencapai 70 miliar ton. Ia mensinyalir solar cell bisa menjadi energi alternatif dan dapat menghasilkan listrik hingga 10 Mega Watt (MW).
Selama ini, Indonesia mengimpor 90 persen solar cell dari China. Karenanya, solar cell hanya mampu membawa manfaat sekitar 10 persen saja di industri hilir Tanah Air. Di Indonesia, solar cell dirakit kembali oleh Wijaya Karya dan PT Len Industri (Persero). “Kita seharusnya bisa membuat sendiri melihat potensi yang ada,” kata Sumaryanto.
Dalam lima tahun ke depan, ia mengatakan, jika Indonesia bisa mengembangkan sendiri pabrik solar cell, kebutuhan dalam negeri akan bisa dipenuhi tanpa harus membeli dari asing. Bahkan, ia mengatakan potensi listrik yang dihasilkan bisa mencapai 10 ribu MW dan bisa diekspor ke luar.
Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan juga menantang BUMN untuk membuat pabrik solar cell sendiri. Dahlan mengatakan saat ini sudah ada setidaknya delapan usaha yang bergerak di bidang industri tenaga matahari, namun sifatnya baru merakit.
Ia mengaku lokasi yang ditawarkan untuk pembangunan proyek ini bakal sangat luas. Bahkan untuk 10 hektare industri solar cell hanya diperlukan sepertiga lokasi pabrik tekstil yang sudah lama mati.