REPUBLIKA.CO.ID,
BOGOR -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengupayakan pendistribusian biosolar dan bioetanol di tingkat SPBU. Kebijakan ini diharapkan bisa menggenjot penyerapan bahan bakar terbarukan untuk kendaraan di dalam negeri.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Maritce Hutapea mengatakan, rencananya pendistribusian akan mulai dilakukan mulai Mei mendatang. Pendistribusian ini berlaku bagi SPBU milik Pertamina dan asing. "Kami akan minta seluruh SPBU untuk mendistribusikan B2 (bioetanol dan biosolar)," kata dia dalam workshop "Sustainability Indicators Assessment for Pal Oil Biodiesel" di Bogor, Kamis (12/4).
Secara teknis pendistribusian ini akan dilakukan secara bertahap. Maritce menjelaskan, untuk langkah awal, pihaknya akan menetapkan komposisi dua persen biosolar dan 98 persen solar. "Biosolar dari bahan kelapa sawit. Bioetanol dari molases dan singkong," ujarnya.
Ia menambahkan, produksi biodiesel dari bahan kelapa sawit di Indonesia masih di bawah kapasitas. Industri biodiesel saat ini hanya mampu memproduksi 20 persen dari kapasitas terpasang, yakni sebesar 680 ribu ton.
"Padahal, luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 8,4 juta hektar dengan produksi CPO dan CPKO lebih dari 26 juta ton," ungkapnya. Menurut dia, dengan potensi bahan baku dan teknologi yang dimiliki, semestinya Indonesia dapat meningkatkan produksi lebih tinggi lagi.