REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia kemabali mengalami defisit neraca perdagangan dengan Cina. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis, Senin (2/4) Ekspor nonmigas Indonesia dari bulan Januari hingga Februari ke Cina tercatat 2.941,3 juta dolar AS. Sementara itu, impor Indonesia dari Cina mencapai 4.412,3 juta dolar AS.
Wakil menteri perdagangan, Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan misi untuk menyeimbangkan perdagangan telah menjadi agenda tersendiri, terutama dengan Cina. Ia mengakui, Indonesia mengalami permintaan yang cukup besar untuk produk-produk Cina. ”Karena itu, kita perlu menggiring agar produk kita juga bisa masuk ke Cina,” ujar Bayu saat jumpa pers kinerja ekspor impor.
Namun, menurut Bayu, ada kabar yang cukup menggembirakan dalam hal perdagangan dengan negara tirai bambu tersebut. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor buah manggis ke Cina melonjak hingga 1.700 persen. Ekspor produk perabotan naik 105,8 persen, alas kaki naik 309 persen, biji kakao naik 397 persen, cocoa powder naik hingga 109 persen, dan produk kaos naik hingga 150 persen.
“Ini yang harus kita dorong dengan lebih gencar dan sistematis untuk promosi,” ungkapnya. Ia menuturkan, komoditas ekspor yang melonjak tajam itu merupakan di luar dari komoditas unggulan yang biasa dijual Indonesia ke negara-negara lain. Untuk itu, pihaknya meminta pengusaha Indonesia melakukan banyak inovasi agar tidak terjadi defisit perdagangan.