REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) berencana mengambil alih rumah sakit (RS) milik Badan Usaha Milik Negara untuk menindaklanjuti imbauan Menteri BUMN Dahlan Iskan agar BUMN fokus mengurusi bisnis intinya.
"Ada beberapa BUMN yang memiliki rumah sakit. Saya tidak dapat sebutkan siapa BUMN-nya," kata Direktur Utama Kimia Farma Syamsul Arifin saat ditemui di kantor pusat Kimia Farma, Jakarta, Selasa (20/3). Ia mengakui langkah ini akan direalisasikan bila pembangunan Rumah Sakit Liver di Jakarta rampung.
Rencana pengambilalihan juga bertujuan agar Kimia Farma dapat memasok hasil produksinya ke rumah sakit tersebut. Menteri BUMN pun sudah memberikan isyarat agar RS BUMN dapat dikelola sepenuhnya oleh BUMN yang fokus pada rumah sakit dan penanganan obat-obatan.
"Namun, kami akan mengkaji apakah akuisisi rumah sakit BUMN ini baik atau bagaimana. Ini salah satu langkah ekspansi perusahaan," ujarnya. Syamsul menambahkan bila rumah sakit BUMN tersebut terletak di tengah kota, maka pelayanan akan disesuaikan dengan standar rumah sakit yang ada.
Sementara, bila rumah sakit terletak di daerah, maka pelayanannya akan lebih murah."Yang penting, kita akan adakan terapi, pengobatan yang baik dan pelayanan yang baik juga," ungkapnya.
Ada beberapa BUMN yang memiliki rumah sakit, antara lain PT Pertamina Persero dengan RS Pertamina, PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Persero dengan RS Pelni dan PT Perkebunan Nusantara X dengan RS Gatoel.
, PT Pupuk Sriwidjaya, PT Pupuk Kalimantan Timur, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, yang merupakan salah satu BUMN berbentuk Perusahaan Jawatan.
Dahlan Iskan mengakui hampir setiap BUMN memiliki rumah sakit. Namun, keberadaan bisnis itu dianggap tidak maksimal, sehingga perlu dievaluasi.