REPUBLIKA.CO.ID, PNOM PENH -- Pesatnya perkembangan ekonomi syariah menarik minat pemerintah Kamboja guna membangun industri halalnya. Untuk itu, mereka berupaya menarik investor dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim untuk masuk ke Kamboja.
Namun, para pengamat ekonomi di Kamboja memperkirakan bahwa langkah Kamboja bakal terganjal kurangnya pengetahuan tentang ekonomi syariah. Apalagi, populasi Muslim negara ini hanya dua persen dari total populasi. Beruntung, pengusaha asal Malaysia dan Timur Tengah terus mendorong agar kamboja mulai menjalankan kebijakan itu.
Pakar Ekonomi Syariah, Asharaf bin Md Hasyim menjadikan Kamboja sebagai pasar baru industri halal tidak murni bagian dari pengembangan pasar saja. Ada keinginan pula untuk meningkatkan peranan Muslim negara itu untuk mendominasi perekonomian Kamboja.
"Kebanyakan investor Timur Tengah tentu mencari ruang baru pada negara yang tidak berpenduduk mayoritas non Muslim," kata Ashraf seperti dikutip Pnompenhpost.com, Senin (12/3).
Menurut Ashraf, perkembangan ekonomi syariah di Malaysia tengah melambat. Hal itu dikarenakan para investor sulit untuk menerima sebuah sistem yang berbeda dengan sistem konvensional. Perbankan tanpa bunga tentu membuat investor berpikir panjang. Sehingga dapat dikatakan butuh waktu untuk menghasilkan keuntungan yang sesuai dengan ajaran Alquran dan Hadis.
Meski demikian, tambahnya, ekonomi syariah tengah menjadi tren. Sekitar 23 persen dari perbankan Malaysia telah mengikuti sistem syariah. Demikian pula dengan 80 persen pasar obligasi dunia sesuai dengan hukum Islam. "Thailand sendiri tengah mempersiapkan diri untuk menerbitkan sukuk atau obligasi syariah pertama mereka," ungkapnya.
Pejabat Kementerian Sosial dari kalangan Muslim, Ahmad Yahya, mengatakan sebagian besar Muslim Kamboja hidup dengan standar hidup yang rendah. "Dari populasi saja, kami tidak memiliki apa-apa. Dalam bisnis, kami harus memulainya dari bawah. Kami butuh lebih banyak sumber daya," ungkapnya.
CEO Organisasi Cambodian Intelligent Investor Organisation, Sles Nazy mengatakan kemungkinan besar bila ekonomi syariah Kamboja mulai digeliatkan maka sektor mikro adalah sektor yang akan lebih dulu digarap. Sebab, saat ini Muslim Kamboja banyak bergerak di sektor ini.
"Muslim Kamboja begitu mengidamkan sistem syariah masuk ke dalam sektor ini. Mereka tidak berkembang karena kurang modal. Sebab, modal yang pinjam disertai bunga," ungkapnya.
Pebisnis makanan halal, Mat fasy mengatakan perdagangan antara Kamboja dan Timur Tengah sangat kecil. Namun, potensinya demikian besar khususnya pada perdagangan beras dan karet.
Pebisnis makanan halal lainya, Sulaiman Muhammad mengatakan perusahaan yang dimiliki Muslim kurang modal. Sebabnya, pertumbuhannya sangat lamban. "Kalau Bank Syariah Malaysia masuk, maka dapat dipastikan perusahaan-perusahaan yang dimiliki Muslim tumbuh pesar," pungkasnya.