REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kesadaran masyarakat pada ekonomi syariah yang kian tinggi dinilai menjadi modal utama Indonesia untuk bisa mengungguli pertumbuhan lembaga keuangan syariah di Malaysia. Modal tersebut tidak dimiliki Malaysia lantaran pertumbuhan lembaga keuangan syariah di negara itu didorong dengan kebijakan pemerintah.
Pengamat Ekonomi Syariah, Veitzal Rifai mengungkapkan pertumbuhan ekonomi syariah di Malaysia lebih bersifat top down. Sementara di Indonesia, masyarakat yang bergerak dari bawah untuk menumbuhkan lembaga keuangan syariah. “Tanpa dukungan dari pemerintah saja, pertumbuhan lembaga keuangan syariah Indonesia tinggi. Dorongan dari bawah itu yang tidak dimiliki Malaysia, “ ungkapnya, Selasa (6/3).
Dorongan untuk lembaga keuangan syariah di tanah air ditambah dengan semakin meratanya kesadaran ekonomi syariah di semua golongan masyarakat. Dari masyarakat ekonomi mikro hingga pengusaha besar telah mengenal pembiayaan berskema syariah. Pemerataan tersebut didukung dengan sosialiasi ekonomi syariah dari berbagai lembaga swadaya masyarakat.
Pertumbuhan lembaga keuangan syariah di tanah air diprediksi Veitzal mampu mencapai lebih dari 50 persen di tahun mendatang. “Pertumbuhan itu tidak hanya di perbankan, tapi juga lembaga keuangan syariah lain seperti asuransi dan multifinance syariah, “ ujarnya. Khusus untuk asuransi syariah, pertumbuhan ke depan akan didorong dengan adanya rencana penyusunan undang-undang asuransi syariah.