REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Pertanian Suswono menuding Perum Bulog tidak kreatif dalam menyerap gabah petani. Pasalnya, pengusaha swasta lebih bisa menyerap beras petani dibandingkan Bulog.
“Kesimpulan saya, bulog tidak kreatif (serap beras). Dia terus terdistorsi, stok kosong tapi masih dikuras untuk raskin tiap bulan, “ ujar dia dalam diskusi bulanan Komunitas Ekonomi Syariah di Hotel Sofyan, Jumat (2/3).
Selain itu, Suswono mengatakan pola pikir Bulog masih bermental birokrat. Akibatnya, kapasitas penyerapan Bulog yang seharusnya mencapai 38 juta ton beras tidak bisa maksimal. Justru, pedagang yang kapasitas serapnya hanya 30 ribu ton, mendapat lebih banyak beras dari petani.
Minimnya serapan beras Bulog tersebut, ujar dia, lantaran ada penetapan Harga Pokok Pembelian (HPP) beras yang lebih rendah dari pasar. Saat ini, HPP beras hanya Rp 6.600. “Sementara, di pasar sudah di atas Rp 7.000, “ ujar dia. Rendahnya penyerapan beras Bulog masih ditambah lagi dengan penyaluran beras miskin (raskin) tiap bulon.
Lantaran rendahnya penyerapan beras bulog itu, kebijakan impor harus diambil. Ini karena Bulog harus melaksanakan fungsinya sebagai pengendali ketahanan pangan.