REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ekspor rumah khas Bali sebanyak 5.007 unit senilai 4,23 juta dolar AS selama 2011 atau mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 14,85 juta dolar AS.
"Perolehan devisa 2010 itu atas pengapalan 98.417 unit, sehingga dari segi nilai dan volume sama-sama mengalami penurunan," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, penurunan yang sangat tajam itu erat kaitan dengan kondisi pasar yang masih lesu akibat dampak dari krisis ekonomi dunia yang masih melanda sejumlah negara tujuan ekspor matadagangan dari Pulau Dewata.
Rumah khas Bali yang terbuat dari kayu sebenarnya sangat disenangi masyarakat internasional, karena mencerminkan nilai artistik dan praktis, sehingga pesanan itu tetap diterima, namun tidak sebaik kondisi tahun lalu.
Sejumlah perusahaan yang khusus memproduksi rumah jadi yang dipajang di pinggir jalan sepanjang jalan Ida Bagus Mantra maupun jalur Sanur-Nusa Dua, cukup diminati wisatawan mancanegara selama berlibur di Pulau Dewata.
"Setelah melihat rumah dengan arsitektur tradisional Bali, pelancong itu tertarik, kemudian membeli, dan setelah melakukan transaksi, rumah tersebut dikirim ke negara asalnya," tutur Ketut Teneng.
Konsumen yang membeli rumah jadi tersebut tidak perlu repot untuk memasangnya, karena setelah sampai di negara asal mereka, rumah tersebut mudah dirakit kembali.
"Ekspor komponen rumah jadi mempunyai peluang yang cukup cerah, karena setiap bulan selalu ada pengiriman ke luar negeri," ujar Ketut Teneng.
Ketut Teneng menambahkan, komponen rumah jadi merupakan salah satu dari tujuh jenis hasil industri kecil yang menembus pasaran luar negeri, yang memberikan kontribusi sebesar 0,85 persen dari total ekspor Bali senilai 497,86 juta dolar AS. Hasil industri dari Bali lainnya yang menembus pasar ekspor, selain komponen rumah jadi adalah sepatu (alas kaki), tas, ikan dalam kaleng, plastik, tekstil dan produk tekstil.