Sabtu 28 Jan 2012 05:33 WIB

Inilah Strategi Indonesia Menuju 16 Ekonomi Besar Dunia

Rep: Nian Poloan/ Red: Ramdhan Muhaimin
Pembangunan infrastruktur, ilustrasi
Pembangunan infrastruktur, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Pemerintah membangun visi menjadikan Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Langkah-langkah strategis pun dibuat. Salah satunya dengan merancang Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah diluncurkan tahun lalu.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa memaparkan, program MP3EI memiliki sasaran pada 2014 Indonesia menjadi kekuatan 16 ekonomi dunia dengan pendapatan perkapita penduduk di atas 5000 US dolar serta PDB di atas 1 triliun US dolar. 

Dan pada 2025, lanjut Hatta, pendapatan rata-rata penduduk perkapita Indonesia sudah 16.000 US dolar dengan PDB di atas 4 triliun US dolar. 

"Ini menempatkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia," cetus saat memberi kata sambutan dalam acara penanaman mangrove di Sicanang, Medan, Sumatera Utara (Sumut), Kamis (27/1) lalu.

Untuk menuju target pertumbuhan ekonomi sebesar itu, Hatta menjelaskan, pemerintah membuat strategi dengan berpegang kepada tiga pilar, yaitu berpihak kepada lapangan kerja, berpihak kepada kemiskinan, dan berpihak kepada lingkungan. 

Dengan tiga pilar inilah kemudian dibangun enam koridor ekonomi Indonesia. Sumatera Utara masuk dalam koridor Sumatera dan menjadi pintu gerbang ekonomi untuk wilayah barat Indonesia.

Hatta mengatakan, sampai 2014 nilai investasi yang akan ditanamkan BUMN di dalam koridor itu akan mencapai Rp 4000 triliun. Dana itu diperoleh dari BUMN sebesar Rp 900 triliun, APBN Rp 600-an triliun, swasta 150 miliar dolar AS, dan asing 150 miliar dolar AS. 

"Setelah satu tahun MP3EI dicanangkan, sampai hari ini kita sudah menginvestasikan Rp 590 triliun," paparnya.

Dalam program MP3EI itu pula, kata Hatta, akan dibangun jalan baru dari Aceh - Lampung dan akan terus menembus ke Selat Sunda hingga menyambung ke Pulau Jawa. Biaya untuk infrastruktur ini mencapai Rp 70 triliun. "Kalau kita mau menjadi negara maju, secara geo-ekonomi daerah-daerah dalam koridor ekonomi tadi harus terintegrasi. Kalau hanya secara geografis terintegrasi tapi tidak secara geo-ekonomi, ini berbahaya," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement