REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sejumlah pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, mengeluhkan turunnya harga kentang lokal karena kalah saing dengan kentang impor asal Cina.
"Minggu lalu kentang lokal masih dijual dengan harga Rp 8.000 tetapi sekarang malah turun menjadi Rp 7.000," kata seorang pedagang kentang di Pasar Induk Kramat Jati, Akhir (29), di Jakarta, Kamis.
Sedangkan kentang impor itu hanya dijual dengan harga Rp 3.500. Perbedaan yang cukup jauh ini, membuat masyarakat lebih memilih membeli kentang impor. "Pemilik warung nasi lebih memilih membeli kentang impor karena lebih murah," jelas Akhir.
Walaupun secara fisik terdapat perbedaan antara kentang lokal yang berasal dari Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah itu. "Kentang lokal ukurannya lebih besar dibandingkan kentang impor," kata dia.
Akibat maraknya kentang impor ini, lanjut Akhir, membuat penjualannya merosot drastis dari sebelumnya 2 ton menjadi 1 ton per hari. "Pemerintah harus turun tangan dalam hal ini, jika dibiarkan takutnya petani maupun pedagang kentang lokal dirugikan dan terdesak," imbuh dia.
Asisten Manajer Usaha dan Pengembangan Pasar Induk Kramat Jati, Sugiono, mengatakan pengelola tidak bisa berbuat banyak atas maraknya kentang impor. "Pengelola tak bisa berbuat banyak untuk membatasi hal itu, semuanya diserahkan pada pasar," ujar Sugiono.
Harga kentang lokal di petani menurun drastis dari sebelumnya Rp 7.000 menjadi Rp 4.000 per kilogram akibat serbuan impor kentang.
Hal ini juga yang membuat sejumlah petani kentang di pegunungan Dieng, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, akan mengadukan hal tersebut ke DPR.