Kamis 01 Sep 2011 07:30 WIB

Harga Minyak Dunia Berakhir Bervariasi

Minyak mentah
Minyak mentah

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK - Harga minyak dunia berakhir "mixed" (bervariasi) pada Rabu (31/8) waktu setempat (Kamis pagi WIB) dengan beberapa tanda-tanda pengetatan pasokan diimbangi oleh dolar yang lebih kuat.

Pada kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun sembilan sen menjadi ditutup pada 88,95 dolar AS per barel. Sebaliknya, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober bertambah 83 sen menjadi 114,85 dolar AS per barel di London.

Persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS tidak memberikan arah yang nyata. Laporan pemerintah menyebutkan stok bensin menukik sebesar 2,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 Agustus. Namun, persediaan minyak melonjak 5,3 juta barel.

Beberapa analis mengatakan penurunan persediaan bensin kemungkinan terjadi karena konsumen mengisi tangki kendaraan mereka menjelang Badai Irene minggu lalu di pantai timur. "Kami sudah memiliki dua hari kenaikan yang bagus sehingga tampaknya ada beberapa pengambilan keuntungan," Ilczszyn Kaya dari MF Global mengatakan tentang perdagangan Rabu.

Dia mengatakan masih ada beberapa ketegasan di bawah harga. Pasar sekarang mengharapkan bantuan stimulus untuk ekonomi dari Federal Reserve setelah berbagai komentar dari pejabat Fed dan publikasi risalah dari pertemuan penentu kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) 9 Agustus pada Selasa. Pernyataan yang menunjukkan kekhawatiran yang luas atas pertumbuhan yang lamban.

"Saya masih berpikir bahwa minyak akan bergerak menuju 90 dolar AS," tambahnya. "Pasar minyak internasional terus menunjukkan tanda-tanda keketatan fisik," kata sebuah laporan dari JPMorgan Chase, menunjuk sebagian masalah produksi di ladang minyak terbesar Inggris, yang mendorong harga Brent lebih tinggi.

Sementara, dolar naik hampir 0,5 persen terhadap euro dari posisi Selasa (30/8). Sebuah kemungkinan rintangan pada permintaan: pembelian sering melonjak di Eropa dan tempat lain ketika dolar melemah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement