REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Perdagangan, Mari Pangestu, meyakini bahwa nilai ekspor Indonesia pada 2011 dapat menembus hingga angka 200 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp1,709 triliun). Ia optimistis meski saat ini terjadi perlambatan ekonomi akibat krisis di sejumlah negara Barat.
"Kami optimistis ekspor tahun ini akan tumbuh hingga mencapai 200 miliar dolar AS," kata Mari Pangestu dalam konferensi pers pascapenyampaian nota keuangan RAPBN 2012 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Selasa (16/8).
Mari memaparkan, pertumbuhan nilai ekspor Indonesia pada semester I tahun 2011 telah mencapai kenaikan hingga 36 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, lanjutnya, biasanya jumlah nilai ekspor pada semester II akan lebih besar dibanding dengan nilai ekspor yang dicapai pada semester I.
Meski ada perlambatan perekonomian di AS dan Uni Eropa, masih menurut dia, tetapi penurunan tingkat ekonomi akibat krisis utang di negara-negara tersebut dinilai tidak akan berpengaruh banyak kepada Indonesia.
Ia mengemukakan, rasa optimisme itu diyakini oleh pihaknya antara lain karena sekitar 70 persen dari negara tujuan ekspor adalah di negara-negara Asia.
"Selama di Asia relatif masih belum berubah situasinya, maka Indonesia akan tetap bisa meningkatkan pertumbuhan ekspornya," kata Mari.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan nilai total ekspor 2011 bisa menembus angka 200 miliar dolar AS. Perkiraan itu lebih tinggi dari ekspor tahun lalu senilai 157,73 miliar dolar AS.
"Kalau semua normal, tidak ada turbulensi atau sesuatu yang istimewa, nilai ekspor semester dua biasanya lebih tinggi dari semester satu.