Senin 23 May 2011 17:29 WIB

Pertamina Rugi Rp 400 Miliar Untuk BBM Subsidi di Triwulan I 2011

Rep: Citra Listya Rini/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Pertamina (Persero) mengalami kerugian pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) subsidi sebesar Rp 400 miliar di triwulan pertama 2011. Lebih kecil 59 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 700 miliar. Hal ini disampaikan oleh Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Djaelani Soetomo, di Jakarta, Senin (23/5).

"Kalau realisasi triwulan pertama 2011 dibandingkan RKAP 2011 yang sebesar Rp 800 miliar terjadi kerugian BBM subsidi sebesar -152 persen. Dengan ada tambahan margin meskinya kami bisa (memeproleh laba). Tapi, pada triwulan pertama tahun ini kami (justru) merugi," kata Djaelani.

Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan kerugian BBM subsidi tersebut. Dia menyampaikan misalnya penerapan penggantian subsidi berdasarkan Mid Oil Platts Singapore (MOPS). MOPS adalah patokan harga BBM yang dikeluarkan setiap hari oleh sebuah lembaga khusus di Singapura.

"Berdasarkan MOPS bulan lalu menyebabkan missmatch antara pengakuan revenue dan cost. Selisih MOPS bulan berjalan dengan bulan sebelumnya untuk triwulan pertama mencapai 7,5 dolar AS per barel atau tujuh persen," kata Djaelani.  

Selain itu, ia menambahkan penerapan alpha tetap saat Indonesian Crude Price (ICP) 80 dolar AS, tidak dapat menutupi cost saat realisasi ICP mencapai 104 dolar AS untuk rata-rata trwiulan pertama 2011.

Realisasi BBM subsidi di triwulan pertama 2011 sebesar 9,68 juta kiloliter (KL). Dimana realisasi premium mencapai 5,88 juta KL, minyak tanah sebesar 476 ribu KL dan solar 3,32 juta KL. Sedangkan jatah kuota BBM subsidi di APBN 2011 hanya sebesar 9,61 juta KL.

"Konsumsi premium over 1,6 persen dari kuota, begitu juga solar over 2,4 persen dari kuota," tutur Djaelani. Menurutnya, kelebihan kuota premium terjadi di 293 (62 persen) kabupaten atau kota. Sedangkan konsumsi solar terjadi di 248 (52 persen) kabupaten atau kota.

Konsumsi premium subsidi, ujar Djaelani, meningkat ditopang dari demand riil konsumsi premium di sektor transportasi yang terus meningkat. Mengingat wacana pemerintah terkait pengaturan premium subsidi belum dijalankan. Di saat yang bersamaan, Djaelani, menambahkan BBM PT PLN (Persero) over dari target karena meningkatnya kebutuhan BBM PLN. Pasalnya, supply gas dan batubara PLN berkurang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement