REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Indonesia menerima pesanan "seafood" senilai Rp274,8 miliar atau 32,1 juta dolar AS ketika berpartisipasi dalam tiga hari pameran hasil perikanan terbesar di dunia "European Seafood Expo (ESE) 2011" di Brussel. Nilai transaksi itu diraih perusahaan yang ikut serta dalam ESE atas fasilitasi Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, ujar Sekretaris III Pensosbud KBRI Brussel Punjul Nugraha kepada koresponden ANTARA di London, Sabtu.
Dikatakannya, transaksi itu mencakup pembelian langsung maupun kontrak jangka menengah untuk pengadaan hasil perikanan ke beberapa pelanggan di Eropa. Menurut catatan KBRI Brussel, angka ini merupakan peningkatan tajam jika dibandingkan dengan angka transaksi sebesar Rp89,9 miliar pada partisipasi Indonesia di ESE 2010.
Pameran seafood yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun tersebut diikuti 1.600 pelaku usaha, baik pembeli maupun penjual produk perikanan, dari 140 negara. Dari Indonesia terdapat enam eksportir seafood yang turut serta atas fasilitasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dan enam lainnya berpartisipasi atas fasilitas "Centre for Promotion of Imports from Developing Countries (CBI)".
Paviliun Indonesia dibuka Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad dan Direktur Centre for Promotion of Imports from Developing Countries, Hans Klunder. Dalam sambutannya, Menteri Fadel Muhammad menyampaikan bahwa partisipasi Indonesia pada ESE ini adalah penting bagi para pelaku bisnis seafood untuk melakukan transaksi, baik dengan global retailer, food services, maupun wholesale market.
Selama tiga hari penyelenggaraan Pameran, pavilion Indonesia menampilkan demo memasak seafood. Aktivitas ini memperoleh tanggapan positif dari pengunjung pameran yang berkesempatan langsung untuk mencicipi seafood asal Indonesia. Selama di Brussel, Menteri Fadel Muhammad juga mengadakan pertemuan dengan berbagai pihak, utamanya yang bergerak di sektor perikanan dan hasil kelautan dari Eropa.
Dalam berbagai pertemuan tersebut, disepakati untuk meningkatkan kerjasama yang telah terjalin dengan tujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ekpor produk perikanan asal Indonesia ke Eropa. Menurut Dubes RI di Brussel Arif Havas Oegroseno, memperhatikan standar kualitas Eropa atas produk perikanan adalah hal penting agar produk asal Indonesia dapat diterima dengan baik oleh pasar Eropa. "Pengembangan ekspor produk perikanan asal Indonesia juga perlu ditunjang oleh peningkatan kualitasnya," ujarnya.
Dikatakannya kendala di bidang akses pasar karena persoalan kualitas dapat ditanggulangi melalui kerjasama dengan sejumlah pihak di Uni Eropa yang dapat membantu di bidang peningkatan kapasitas dan perbaikan kualitas produksi. Pada kesempatan terpisah, Menteri Kelautan dan Perikanan didampingi oleh Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno juga mengadakan peninjauan ke Pusat Penelitian dan Pendidikan Akuakultur (CEFRA), milik Univesitas Liege, Belgia.
CEFRA adalah lembaga riset terkemuka di Eropa dalam bidang budi daya perikanan perairan tropis, memanfaatkan aliran air pendingin reaktor nuklir untuk mensimulasikan perairan tropis. Meskipun berdekatan dengan reaktor nuklir, pihak CEFRA memastikan bahwa tidak ada radiasi pada ikan hasil budidayanya.
Temuan CEFRA yang dapat bermanfaat bagi Indonesia adalah vaksin yang dapat menangkal virus herpes pada ikan koi. Adanya vaksin ini akan sangat membantu para peternak ikan koi yang sering menghadapi masalah virus ikan koi. Di antara hasil kunjungan ke CEFRA adalah kesepakatan kerja sama bilateral Indonesia - Belgia untuk peningkatan kapasitas akuakultur di Indonesia.