Senin 11 Apr 2011 17:24 WIB

Bakrie dan Panigoro 'Berbagi' di Geotermal Jatim

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Perusahaan milik dua pengusaha nasional, Aburizal Bakrie dan Arifin Panigoro, memenangi lelang proyek pengelolaan energi panas bumi atau geotermal di Telaga Ngebel dan Kawah Ijen, Jawa Timur. Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur, Dewi J Putriatni di Surabaya, Senin (11/4) mengatakan, perusahaan milik Aburizal Bakrie, PT Bakrie Power, memenangi lelang proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ngebel.

"Di PLTP Ngebel, Bakrie Power mendapatkan pekerjaan tiga tahap, masing-masing berkapasitas 55 megawatt," katanya saat ditemui di gedung DPRD Jatim.

Sementara itu, perusahaan milik Arifin Panigoro, PT Medco Cahaya Geothermal, memenangi lelang protek PLTP Ijen untuk dua tahap, masing-masing berkapasitas 55 megawatt. "Sebenarnya potensi geotermal yang terkandung di Ngebel dan Ijen itu lebih dari itu, namun mereka mengeksplotasi sesuai dengan daya beli PT PLN," paparnya.

Dewi menyebutkan bahwa potensi geotermal di Telaga Ngebel mencapai 165 megawatt, sedangkan di Kawah Ijen lebih dari 200 megawatt. "Setelah memenangi proses lelang, maka kedua perusahaan tersebut sudah harus melakukan eksplorasi paling lambat pada tahun 2012," tutur mantan Kepala Badan Lingkungan Hidup Jatim itu.

Harga jual geotermal di PLTP Ngebel sebesar 7,55 sen dolar AS per kwh, sedangkan di PLTP Ijen sebesar 8,55 sen dolar AS per kwh. Menurut dia, harga jual di PLTP Ijen lebih mahal dibandingkan PLTP Ngebel karena tingkat keasamannya lebih tinggi dan eksplorasinya lebih berat karena posisinya berada 70 kilometer dari kaki gunung.

Di Jatim terdapat 11 lokasi geotermal, termasuk di Ngebel dan Ijen, dengan potensi secara keseluruhan mencapai 1.100 megawatt. PT Pertamina Geothermal Energy akan melakukan survei pendahuluan di kawasan Pegunungan Argopuro. Selain itu, masih ada potensi geotermal yang mencapai 275 megawatt di kawasan Pegunungan Arjuno-Welirang. Survei pendahaluan di wilayah itu akan dilakukan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM.

Di Kabupaten Pacitan juga terdapat dua lokasi geotermal, sedangkan di Kabupaten Sumenep terdapat satu lokasi. "Di Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Sumenep lokasinya tidak di perbatasan atau tidak lintas kabupaten seperti di lokasi lain," paparnya.

Selain itu, Kementerian ESDM juga akan melakukan survei pendahuluan potensi geotermal di Pegunungan Songgoriti (Batu-Kabupaten Malang) dan Gunung Pandan (Kabupaten Madiuan-Kabupaten Bojonegoro). Menurut dia, geotermal lebih ramah lungkungan dibandingkan dengan batu bara dalam menjalankan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). "Geotermal juga tidak habis seperti batu bara," ucapnya.

Selain itu, biaya pengeboran geotermal hanya lima juta dolar AS per satuan sumur atau lebih rendah dibandingkan biaya pengeboran minyak dan gas yang mencapai 15 juta dolar AS per satuan sumur. "Kalau potensi geotermal dimaksimalkan, saya pikir tidak perlu lagi negara kita membangun PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir). Apalagi potensi geotermal secara nasional mencapai 28 ribu megawatt, sekitar 20 persennya terdapat di Jawa Barat," tuturnya.

Kebutuhan energi pada 2040 diperkirakan mencapai 600 ribu megawatt. "Kalau kebutuhan pada 2040 sudah mencapai angka itu, bolehlah energi lain, seperti nuklir bisa digali potensinya," kata Dewi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement