Selasa 08 Dec 2015 13:00 WIB

Bank Dunia: Ketimpangan Pendapatan di Indonesia Semakin Lebar

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nidia Zuraya
Pendapatan (ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan
Pendapatan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketimpangan pendapatan antara si kaya dan si miskin di Indonesia semakin melebar. Berdasarkan laporan Bank Dunia, rasio gini yang menjadi indikator ketimpangan sudah menyentuh angka 0,42 persen pada tahun ini.

"Angka ini yang tertinggi dalam sejarah Indonesia," kata Rodrigo dalam paparannya di  Jakarta, Selasa (8/12).

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves menjelaskan, gini rasio Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2000, gini rasio berada di level 0,30 persen. Kemudian meningkat menjadi 0,41 persen pada 2014 dan tahun ini menjadi 0,42 persen.

Rodrigo menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir hanya  menguntungkan 20 persen orang terkaya di Indonesia. Sedangkan 80 persen dari hampir 205 juta orang Indonesia masih berada di lingkaran kemiskinan.

Sebagai perbandingan, tingkat konsumsi 10 persen warga terkaya di Indonesia sama besarnya dengan total konsumsi 42 persen warga termiskin.

Dia mengatakan, tingkat ketimpangan pendapatan di Iodnesia meningkat lebih cepat ketimbang negara-negara Asia Timur. "Indonesia harus bisa mengatasi ketimpangan ini. Karena menimbulkan bahaya signifikan," ujarnya.

Sebenarnya, kata Rodrigo, ketimpangan pendapatan di Indonesia sempat menurun saat tejadinya krisis keuangan Asia periode 1997-1998. Saat itu, ketimpangan menurun karena banyak orang-orang kaya yang pendapatannya menurun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement