Senin 14 Mar 2011 19:12 WIB

Ekspor Nonmigas Indonesia Lebihi Target

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG - Ekspor nonmigas Indonesia Januari 2011 meningkat 29,0 persen dibandingkan Januari 2010, ini jauh di atas target tahun tersebut sebesar 12-15 persen, kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan Dr Deddy Saleh. Pada acara sosialisasi kebijakan umum di bidang ekspor hasil pertanian dan kehutanan di Palembang, Senin (14/3), Deddy Saleh, mengatakan bahwa ekspor nonmigas nasional Januari 2011 mencapai nilai 11,9 miliar dolar Amerika Serikat, adalah nilai 'bulanan' Januari tertinggi selama ini, atau meningkat 89,5 persen, dan 34,1 persen dibanding Januari 2009 dan Januari 2008.

Dikatakannya, kinerja ekspor Januari 2011 memperlihatan penguatan ekspor nonmigas terus berlanjut di tahun 2011. Sementara surplus negara perdagangan nonmigas Januari 2011 mencapai nilai 2,4 miliar dolar Amerika Serikat, meningkat sebesar 39 persen dibandingkan Januari 2010. Sedangkan neraca perdagangan migas bulan Januari 2011 mengalami defisit 0,5 miliar dolar AS.

Peningkatan nilai impor migas terjadi akibat kenaikan harga minyak, sebagai dampak dari krisis politik di Mesir dan sebagian negara produsen di Tumur Tengah, paparnya. Selanjutnya, kontribusi 10 produk utama dalam ekspor nonmigas sebesar 47,5 persen, paling dominan peningkatan komoditas sawit, produk laut, kakao lebih didorong oleh kenaikan harga. Sedangkan produk manufaktur seperti TPT, elektronik, alas kaki, otomotif karena peningkatan jumlah volume.

Khusus produk sawit terutama minyak sawit mentah (CPO), menurut Deddy, dari total produksi sekarang kisaran 17 juta ton per tahun, akan terus ditingkatkan hingga mencapai 40 juta ton per tahun. Menurut dia, dari total produksi CPO Indonesia itu, hingga saat ini mencapai 90 persennya diekspor, sedangkaan sisanya untuk konsumsi dalam negeri.

Ekopor CPO nasional selama ini paling dominan ditujukan ke China dan India, sedangkan negara-negara lainnya tidak terlalu besar, ucapnya tanpa merinci angka yang pasti. Namun demikian, kata dia, peningkatan tertinggi terjadi pada ekspor sektor industri naik 38,4 persen, lebih tinggi dari kenaikan Januari 2010.

Sedangkan konsentrasi lima pasar ekspor Indonsia, sekarang ini telah mengalami perubahan menjadi Jepang, China, Amerika Serikat (AS), India dan Singapura. China menggeser posisi AS, sedangkan India menggeser posisi Singapura dan Malaysia. Oleh karena itum melalui sosialisasi tersebut, diharapkan pihak pengusaha berbagai produk hasil kekayaan alam di Tanah Air menghadapi perdagangan bebas sekarang ini dapat memanfaatkan preferensi surat keterangan asal (SKA) atau keringanan biaya ekspor.

Perjanjian perdagangan bebas antarsejumlah negara konsumen itu, dengan memanfaatkan SKA tersebut para ekportir atau pengusaha akan mendapatkan keringanan antara lain bea masuk, ujarnya, menjelaskan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement