REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Dampak tsunami di Jepang pada Jumat (11/3) lalu sampai saat ini belum berpengaruh signifikan bagi ekspor perikanan Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Pemasaran Luar Negeri Departemen Kelautan dan Perikanan, Saut P. Hutagalung, kepada Republika di Jakarta, Senin (14/3).
"Belum ada gangguan (ekspor) yang signifikan. Penundaan atau pembatalan kontrak juga belum ada. Tapi, dalam satu minggu ini kami akan terus melakukan pemantauan," kata Saut.
Selama ini, lanjutnya, pasokan ikan dari Indonesia ke Jepang melalui jalur selatan. Sedangkan, gangguan yang tengah terjadi saat ini berada di jalur utara Samudera Pasifik. "Jadi ekspor kita, termasuk tuna segar, masih terus berjalan,'' katanya. ''Lagipula, lelang sudah dibuka kembali hari ini meski belum sepenuhnya pulih. Jumat kemarin kan lelang ditutup.''
Saut menyebutkan kawasan Sendai memang salah satu sentra ikan di Jepang. Namun, pasar konsumen terletak di Tokyo dan Osaka. Saut menuturkan harga lelang di pasar Jepang selepas terjadinya tsunami masih belum berubah. "Tuna segar masih di harga 900-1.000 yen per kilogram (kg),'' tukasnya.
Pasar Jepang merupakan tujuan ekspor perikanan Indonesia kedua terbesar setelah Amerika Serikat (AS). Dari total ekspor senilai 2,9 miliar dolar AS, sebesar 900 juta dolar AS dihasilkan dari pasar AS. Pasar Jepang senilai 600 juta dolar AS, pasar Eropa senilai 350 juta dolar AS dan pasar luar negeri lainnya.