Senin 14 Mar 2011 11:35 WIB

Perusahaan Utama Jepang tak Pasti Kapan Beroperasi Lagi

Televisi berserakan di Jalan Hiachinohe, Prefektur Amori, Jepang utara
Foto: KYODO
Televisi berserakan di Jalan Hiachinohe, Prefektur Amori, Jepang utara

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Perusahaan otomotif, penyulingan minyak dan otomotif di Jepang menutup pabrik-pabrik utama mereka setelah gempa besar dan tsunami melnda panta timur laut. Situasi itu menggarisbawahi tantangan yang dihadapi pemerintah mengingat situasi bergerak cepat ke batas pukulan ekonomi.

Raksasa elektronik Jepang, Sony Corp telah menghentikan operasi di delapan pabrik termasuk pembuatan film optik karena dibanjiri tsunami yang dipicu gempa berkekuatan 8,9 SR pada Jumat. Nissan motor juga menyetop produksi di keempat pabrik perakitan miliknya dan menyatakan mereka bergantung apakah bisa memperoleh suku cadang yang dibutuhkan.

Itu hanya dua dalam daftar panjang perusahaan yang tak pasti seberapa cepat mereka dapat membuka lagi pabrik mereka dan mengoperasikan mesin. Kerusakan yang menyebar ke infrastruktur dan juga rasio distribusi daya setelah insiden ledakan PLTN, dapat menghalangi upaya untuk melanjutkan pengiriman, itu pun bila mesin-mesin pabrik masih utuh dan tak mengalami kerusakan.

Para pakar mengatakan ekonomi Jepang hanya akan menderita beberapa saat setelah gempa dan dapat melenting lagi sekitar April ketika upaya pemulihan telah dimulai. Namun para eksportir  mobil dan teknologi besar lain diprediksi yang paling terpukul. Itu terlihat dari angka saham ketika pasar keuangan dibuka Senin ini. Angka saham perusahaan bidang teknologi dan otomotif merosot tajam mencerminkan kecemasan terhadap gangguan dan tekanan terhadap perolehan keuntungan dalam jangka pendek.

"Kami cemas dengan infrastuktur, jalan, kereta, bus, truk. Bukan sekedar produksi yang berhenti, tetapi juga menghambat dan menunda pengiriman material yang anda perlukan untuk melakukan proses produksi. Ini akan mengganjal semuanya hingga satu atau dia kuartal," ujar CEO Taiyo Pacific Partners, Brian Heywood, dengan investasi sebesar $2 milyar.

"Beberapa investor mungkin tergesa untuk menjual saham Jepang mereka mulai besok, namun investor cenderung memantau dari dekat seberapa cepat dan kuat Jepang merespon situasi krisis macam ini," ujar kepala strategi pemasaran, Shinichi Ichikawa, dari Credit Suisse Securities.

Selain Sony dan Nissan, Toyota Motor co, pembuat mobil terbesar dunia, juga menghentikan produksi di seluruh 12 pabrik domestiknyadi Jepang. Perusahaan mengaku tak bisa menginspeksi pabrik-pabrik mereka yang berada di area terkena dampak terburuk tsunami dan gempa.

Sementara Panasonic mengatakan, usai gempat, mereka tak mampu menginspeksi dua pabrik di utara Jepang, satu membuat suku cadang elektronik dan yang lain adalah pabrik kamera digital dan peralatan audio. Panasonik mengatakan kedua pabrik mengalami kekurangan daya dan suplai air.

Kini, memastikan ada pasokan tenaga yang relatif murah adalah hambatan utama para perusahaan. PLTN di Fukushima kini masih terus berjuang mengatasi kebocoran dan menyatakan akan membatasi pasokan paling dekat April, untuk beberapa perusahaan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement