REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Samudera Hindia berpotensi untuk menjadi rute perdagangan ekonomi utama pada abad ke-21 sehingga dibutuhkan kerja sama antarnegara yang berada di sekitar kawasan perairan tersebut untuk dapat meningkatkan kapasitas Hindia.
"Ada yang mengatakan bahwa Atlantik dan Pasifik adalah masa lalu, sedangkan Samudera Hindia adalah masa depan," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, dalam acara bertajuk "Samudera Hindia dan Pengembangan Strategis Regional Baru" di Jakarta, Selasa.
Untuk itu, menurut Fadel, pemerintah sedang menyiapkan berbagai kebijakan untuk mengatur dengan baik aktivitas perekonomian dan juga melakukan penataan terhadap arus lalu lintas perkapalan agar tidak terjadi kemacetan seperti yang kerap terjadi di perairan Selat Malaka.
Ia juga mengutarakan, pihaknya memiliki tiga strategi yaitu meningkatkan kerja sama dengan sejumlah negara di Samudera Hindia, melihat potensi di samudera tersebut sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan keamanan pangan (food security), dan melakukan riset.
Menteri Kelautan dan Perikanan mengemukakan, banyak hal yang bisa dipelajari dari riset yang dilakukan di Samudera Hindia, seperti tentang tsunami dan dampak perubahan iklim. Fadel juga menegaskan, Samudera Hindia juga menjadi isu yang sangat penting dalam segi pertahanan.
Senada dengan Fadel, Wakil Ketua Indian Ocean Research Group (IORG), Sanjay Chaturvedi, mengatakan, abad ke-21 adalah abad dari Samudera Hindia. Namun, ujar Sanjay, di Samudera Hindia pada saat ini masih menemui banyak kendala antara lain terjadi lebih banyak konflik dan pembajakan.
"Kita masih harus melakukan banyak hal dalam melakukan pembangunan kapasitas (capacity building)," kata Sanjay yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Politik Universitas Panjab, India, itu. Apalagi, lanjutnya, masih terdapat banyak hal detil yang belum dijelaskan oleh hukum kelautan internasional.